Laporan Praktikum Bakteriologi: Pertumbuhan Bakteri Enterobacteriaceae

Daftar Isi

DASAR TEORI

Familia Enterobacteriaceae sering disebut sebagai bakteri enterik, bakteri yang umumnya berada pada saluran pencernaan hewan maupun manusia, baik sebagai penyebab penyakit ataupun tidak. Keberagaman dan jumlah anggota Enterobacteriaceae yang sangat besar dapat disederhanakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari bakteri yang tinggal di traktus gastrointestinal dan dapat bersifat patogen. Kelompok kedua terdiri dari bakteri yang merupakan mikrobiota normal tubuh dan jarang diasosiasikan sebagai kasus infeksi.

Bakteri familia Enterobacteriaceae memiliki ukuran sel yang kecil, Gram-negatif, dan tidak membentuk spora. Beberapa genus bersifat motil karena adanya flagela, kecuali spesies Shigella, Klebsiella, dan Tatumella. Bentuk sel Enterobacteriaceae adalah kokobasil atau basil. Tipe morfologi dapat dilihat dalam perkembangannya di atas media padat in vitro. Bakteri ini bersifat fakultatif anaerobik atau tumbuh secara aerobik maupun anaerobik, namun lebih sering memfermentasi daripada mengoksidasi glukosa. Aktivitas tersebut terkadang disertai dengan produk gas, menunjukkan katalase positif, oksidasi negatif, dan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hampir seluruh spesies Enterobacteriaceae dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 37 °C, namun beberapa contoh dapat tumbuh lebih baik pada suhu 25-30 °C.


PROSEDUR KERJA

  1. Diambil 2 sendok sampel sedimen dari kanal menggunakan spatula dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 mL larutan pengencer, dihomogenkan.
  2. Dilakukan pengenceran hingga tingkat pengenceran 10-3.
  3. Dari tiap-tiap pengenceran dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi berisi media Lactose Broth (LB) 9 mL sebanyak 1 mL.
  4. Dilakukan pengenceran dari tabung 10-3 hingga tingkat pengenceran 10-6.
  5. Dari tiap-tiap pengenceran dimasukkan sebanyak 1 mL ke dalam cawan petri lalu ditambahkan media PCA.
  6. Media diinkubasi selama 1×24 jam.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 1. Hasil inkubasi kultur media LB

1. Metode Most Probable Number (MPN)

Metode MPN menggunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dalam hal ini perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung positif. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau perubahan warna media ke kuning beserta terbentuknya gas di dalam tabung Durham. Menurut Litaay, dkk. (2007), hal ini mengindikasikan adanya bakteri golongan coliform pada sampel air tersebut, sebab kelompok bakteri koliform mempunyai kemampuan untuk memfermentasikan laktosa membentuk asam piruvat, asam asetat, dan gas

Metode MPN memiliki sensitivitas yang cukup tinggi dalam mengestimasi jumlah bakteri, terutama untuk mikroba dengan populasi sedikit. Akan tetapi, metode ini juga memiliki beberapa kekurangan, yakni untuk mendapatkan kultur yang baik dibutuhkan waktu beberapa hari serta membutuhkan banyak media dan perlengkapan. Selain itu, terbentuknya gas dan perubahan warna yang terjadi belum dapat memastikan adanya coliform di dalam sampel. Hal ini dikarenakan media LB yang digunakan dapat pula difermentasi oleh bakteri lain selain coliform (Sari dan Apridamayanti, 2014).

Dalam praktikum yang dilakukan, digunakan serial pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3 berturut-turut untuk seri A, seri B, dan seri C. Media yang digunakan untuk kultur mikroba adalah media Lactose Broth (LB). Hasil inkubasi selama 1×24 jam menunjukkan kombinasi tabung positif 3:3:2. Dari data tersebut, maka:

Diketahui:

Kombinasi tabung positif = 332

Nilai MPN = 11

Faktor pengencer tengah = 10-2

Ditanyakan:

Jumlah sel = ?

Penyelesaian:

Jumlah sel = nilai MPN × 1/faktor pengencer tengah

                  = 11 × 1/10-2

                    = 1,1 × 103 sel/mL

Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan jumlah sel bakteri 1,1 × 103 sel/mL. Kehadiran bakteri coliform pada kanal workshop dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang ada di sekitar kanal tersebut seperti membuang limbah domestik, baik sisa-sisa makanan atau cemaran dari septic tank ke kanal. Pembuangan limbah tersebut menjadi faktor terjadinya pencemaran bakteri coliform (Adrianto, 2018). Bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain atau sebagai indikator pencemaran air dikarenakan jumlah koloninya berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Semakin sedikit kandungan koliform, maka kualitas air pun semakin baik (Widyaningsih, dkk., 2016). 

2. Metode Standard Plate Count (SPC)

Standard Plate Count (SPC) merupakan salah satu metode perhitungan jumlah bakteri dalam media padat yang umum dilakukan. Menurut Mubarak dkk. (2016), perhitungan sel bakteri dalam metode ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroba yang hidup di dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media yang sesuai. Dalam perhitungannya digunakan satuan Colony Forming Unit (CFU) per mL. Istilah CFU digunakan atas dasar bahwa koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel karena sifat hidup mikroba yang cenderung membentuk kelompok.

Keuntungan metode SPC adalah hanya sel yang masih hidup yang dihitung. Adapun kelemahan dari metode SPC adalah membutuhkan waktu yang lama, biasanya dengan inkubasi 1×24 jam atau lebih untuk membentuk koloni yang tampak (Tortora, dkk., 2010). Selain itu, hasil enumerasi metode SPC tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya dikarenakan terbentuknya koloni yang bisa saja berasal dari satu sel mikroba.

Syarat perhitungan SPC adalah sebagai berikut (Dwyana, 2019):

  • Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari 2 angka, yaitu angka pertama di depan koma dan angka kedua di belakang koma. Jika angka ketiga lebih besar dari 5, dilakukan pembulatan.
  • Cawan yang dihitung atau dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30-300 koloni.
  • Jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni, hanya jumlah koloni pada pengenceran terendah yang dihitung dengan memperhitungkan faktor pengencernya.
  • Jika semua pengenceran menghasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung dengan memperhitungkan faktor pengencernya.
  • Jika cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan jumlah koloni antara 30-300, sedangkan hasil perbandingan dari keduanya ≤2, maka tentukan rata-rata dari keduanya. Jika hasil keduanya >2, maka yang dihitung adalah nilai yang terkecil.

Dalam praktikum, dibuat serial pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6 untuk kemudian dikultur pada media PCA (Plate Count Agar). Setelah dilakukan inkubasi 1×24 jam, maka didapatkan jumlah koloni untuk tiap pengenceran secara berturut-turut adalah 2, 141, dan 60 koloni. Dari data tersebut, maka dapat dilihat adanya penyimpangan pada hasil praktikum di mana jumlah sel pada kultur pengenceran 10-5 dan 10-6 lebih besar dibandingkan jumlah sel pada pengenceran 10-4. Sementara itu, diketahui bahwa tujuan dilakukannya pengenceran sampel adalah untuk mengurangi densitas sel bakteri sehingga jumlah sel yang didapatkan seharusnya semakin berkurang seiring dengan bertambahnya tingkat pengenceran. Penyimpangan tersebut dapat disebabkan oleh larutan pengenceran 10-4 yang belum homogen sebelum diinokulasikan ke media PCA. Oleh karena itu, perhitungan jumlah sel menggunakan rumus SPC tidak dapat dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, R., 2018. Pemantauan Jumlah Bakteri Coliform di Perairan Sungai Provinsi Lampung. Majalah Tegi10(1).

Dwyana, Z., 2019. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum. Universitas Hasanudin, Makassar.

Litaay, M., Gobel, R.B., Abdullah, A., Alie, K., dan Lejab, S., 2007. Kualitas Media Pemeliharaan Larva Lola Merah dan Kima Sisik Hasil Filtrasi Bertingkat di HatcheryILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences12(1), pp.24-30.

Mubarak, Z., Chismirina, S., dan Daulay, H.H., 2016. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Propolis Alami dari Sarang Lebah terhadap Pertumbuhan Enterococcus faecalisJournal of Syiah Kuala Dentistry Society1(2), pp.175-186.

Sari, R. dan Apridamayanti, P., 2014. Cemaran Bakteri Eschericia coli dalam Beberapa Makanan Laut yang Beredar di Pasar Tradisional Kota Pontianak. Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi2(2), pp.14-19.

Tortora, G.J., Funke, B.R., dan Case, C.L., 2010. Microbiology: An Introduction, 10th Edition. Pearson Eucation, Inc., San Fransisco.

Widyaningsih, W., Supriharyono, S., dan Widyorini, N., 2016. Analisis Total Bakteri Coliform di Perairan Muara Kali Wiso Jepara. Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES)5(3), pp.157-164.




Tidak untuk disalin! 

Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)

0 Comment:

Post a Comment

/>