Laporan Praktikum Bakteriologi: Karakterisasi Bakteri Escherichia coli

Daftar Isi

DASAR TEORI

Pengidentifikasian jenis mikroba dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat yang dimilikinya setelah diperoleh biakan murni. Karakterisasi bakteri umumnya dilakukan berdasarkan karakteristik morfologi, fisiologi, dan biokimia. Uji yang digunakan dalam identifikasi bakteri tidaklah sama untuk semua kelompok. Adapun sifat memfermentasikan laktosa merupakan ciri utama dalam identifikasi Enterobacteriaceae.

Karakteristik morfologi dapat diketahui dengan dua cara, yaitu secara makroskopik dan mikroskopik. Pengamatan makroskopik dilakukan untuk mengamati karakteristik koloni bakteri hasil inokulasi pada media NA datar di dalam cawan petri berdasarkan bentuk koloni, elevasi, tepian, dan warna koloni. Sedangkan pengamatan mikroskopik dilakukan untuk melihat bentuk sel serta sifat fisiologis maupun biokimia bakteri. Pengamatan mikroskopik meliputi pewarnaan Gram, uji katalase, dan uji biokimia. Sifat metabolisme bakteri dalam uji biokimia biasanya dilihat dari interaksi metabolit-metabolit yang dihasilkan dengan reagen-reagen kimia. Selain itu, pengamatan mikroskopik juga dilakukan melalui pengujian suhu dan pH.

 

PROSEDUR KERJA

 

a. Morfologi Koloni

  1. Isolat bakteri Escherichia coli diinokulasikan menggunakan metode gores kuadran ke media NA dalam cawan petri.
  2. Media diinkubasi selama 1 × 24 jam.
  3. Media kultur yang telah ditumbuhi bakteri diamati menggunakan mikroskop untuk melihat sifat-sifat koloninya.

b. Morfologi Sel

  1. Isolat bakteri E. coli diinokulasikan dari media NA ke kaca preparat.
  2. Preparat olesan bakteri difiksasi menggunakan bunsen.
  3. Diteteskan Gram A (zat kristal violet) sebanyak 2-3 tetes lalu dibiarkan selama 1 menit.
  4. Preparat dicuci dengan akuades dan dikeringkan menggunakan tisu.
  5. Diteteskan Gram B (larutan JKJ) lalu dibiarkan selama 1 menit.
  6. Preparat dicuci dengan akuades dan dikeringkan menggunakan tisu.
  7. Diteteskan Gram C (alkohol) lalu dibiarkan selama 30 detik.
  8. Preparat dicuci dengan akuades dan dikeringkan menggunakan tisu.
  9. Diteteskan Gram D (zat safranin) lalu dibiarkan selama 30 detik.
  10. Preparat dicuci dengan akuades dan dikeringkan menggunakan tisu.
  11. Preparat diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000× dibantu minyak imersi.

c. Uji Katalase

  1. Isolat bakteri dari media NA diinokulasikan ke kaca preparat.
  2. Ditetesi dengan peroksida berupa H2O2.
  3. Diamati perubahan yang terjadi.

d. Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

  1. Diambil isolat bakteri E. coli dari stok.
  2. Diinokulasikan ke dalam media agar miring TSIA menggunakan metode tusuk dan gores sinambung.
  3. Diinkubasikan selama 1 × 24 jam.

e. Uji Methyl Red (MR)

  1. Diambil isolat bakteri E. coli dari stok
  2. Diinokulasikan ke dalam media MR menggunakan ose bulat.
  3. Diinkubasikan selama 5 × 24 jam.
  4. Ditetesi reagen Methyl Red dan diamati perubahan yang terjadi.

f. Uji Voges-Proskauer (VP)

  1. Diambil isolat bakteri E. coli dari stok.
  2. Diinokulasikan ke dalam media VP menggunakan ose bulat.
  3. Diinkubasikan selama 3 × 24 jam.
  4. Ditetesi dengan 5% α-naphtol dan 40% KOH.
  5. Diamati perubahan yang terjadi.

g. Uji Sitrat

  1. Diambil isolat bakteri E. coli dari stok.
  2. Diinokulasikan ke dalam media agar miring Simmons Citrate menggunakan metode gores sinambung.
  3. Diinkubasikan selama 1 × 24 jam.
  4. Diamati perubahan yang terjadi.

h. Uji Indol

  1. Diambil isolat bakteri E. coli dari stok.
  2. Diinokulasikan ke dalam media SIM menggunakan ose bulat.
  3. Diinkubasikan selama 1 × 24 jam.
  4. Ditetesi dengan reagen Kovac's.
  5. Diamati perubahan yang terjadi.

i. Uji Motilitas

  1. Diambil isolat bakteri E. coli dari stok.
  2. Diinokulasikan ke dalam media SIM menggunakan metode tusuk.
  3. Diinkubasikan selama 1 × 24 jam.
  4. Diamati perubahan yang terjadi.

j. Uji Pengaruh pH

  1. Diambil isolat bakteri E. coli dari stok.
  2. Diinokulasikan ke dalam media NB pH 3, 7, dan 9.
  3. Diinkubasikan selama 1 × 24 jam.
  4. Diamati perubahan yang terjadi.

k. Uji Pengaruh Suhu

  1. Diambil isolat bakteri E. coli dari stok.
  2. Diinokulasikan ke dalam 3 tabung media NB.
  3. Diinkubasikan selama 1 × 24 jam pada suhu berbeda, yakni 15 °C, 37 °C, dan 45 °C.
  4. Diamati perubahan yang terjadi.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

a. Morfologi Koloni

Secara teori, koloni yang tampak di permukaan agar berasal dari spora atau sel vegetatif tunggal dari mikroorganisme yang sama. Koloni mikroba seringkali memiliki penampakan khusus yang membedakannya dengan jenis mikroba lain. Pengamatan terhadap morfologi koloni meliputi bentuk koloni, bentuk permukaan (elevasi), tepian, dan warna koloni. Bentuk koloni dibagi menjadi circular (bulat), irregular (tidak beraturan), dan rhizoid (pertumbuhan menyebar seperti akar). Tepian luar koloni (margin) meliputi entire (rata), lobate (berlekuk), undulate (bergelombang), serrate (bergerigi), dan filamentous (tepi melebar seperti benang). Elevasi merupakan derajat kenaikan pertumbuhan koloni di atas permukaan agar yang dikelompokkan menjadi flat (rata), raised (timbul), convex (cembung), dan umbonate (cembung di bagian tengah lebih menonjol). Pengamatan morfologi koloni dapat dilakukan dengan bantuan mikroskop.

 

cell morphology escherichia coli
Gambar 1. Hasil pengamatan morfologi koloni E. coli pada media NA

Pengamatan terhadap koloni E. coli dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo. Pada Gambar 1., tampak koloni E. coli memiliki tipe bentuk bulat (circular) berwarna putih kekuningan, margin rata (entire), dan dengan tipe elevasi cembung (convex). Hasil ini sesuai dengan penelitian Arrizqiyani dan Nurlina (2016) di mana hasil penanaman E. coli pada media EMBA menunjukkan karakter serupa, namun dengan warna koloni yang berbeda di mana pada media NA berwarna putih kekuningan sedangkan pada media EMBA berwarna ungu tua dengan kilap hijau metalik. Begitupun pada hasil pertumbuhan E. coli pada media Blood Agar yang dilakukan oleh Bajrami dan Sulaj (2017) di mana didapatkan koloni E. coli dengan bentuk circular berwarna putih keabu-abuan dengan kilap logam, elevasi convex, dan dengan tepian entire.

 

b. Morfologi Sel

Bakteri sulit untuk dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya karena tidak dapat mengadsorpsi dan membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai bakteri. Zat warna mengadsorpsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan. Terdapat beberapa jenis teknik pewarnaan mikroba, di antaranya adalah dengan menggunakan metode pengecatan Gram. Pewarnaan Gram dapat membedakan bakteri menjadi 2 kelompok, yakni bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. Prinsip pewarnaan Gram adalah berdasarkan pada kemampuan dinding sel terhadap zat warna dasar (kristal violet) setelah pencucian dengan alkohol. Bakteri Gram-positif terlihat berwarna ungu karena dinding selnya mengikat zat kristal violet dengan kuat, sedangkan sel Gram-negatif mengandung lebih banyak lipid sehingga pori-pori mudah membesar dan kristal violet mudah larut saat pencucian dengan alkohol.

 

gram negative
Gambar 2. Hasil Pengecatan Gram Escherichia coli

Hasil pengecatan yang dilihat pada Gambar 2. menunjukkan jenis bakteri Gram-negatif dengan bentuk sel batang pendek (kokobasil). Hal ini ditentukan berdasarkan pada warna sel bakteri yang tampak setelah pengecatan, yakni merah muda, menandakan bahwa bakteri E. coli tidak mampu mengikat zat kristal violet sehingga terwarnai oleh zat safranin. Metode serupa dilakukan oleh Kumar et al. (2017) di mana hasil pengecatan bakteri jenis E. coli menunjukkan penampakan bentuk sel batang pendek berwarna merah muda. Selain itu, menurut Widyaningsih et al. (2016) dari hasil pengamatan dengan mikroskop, sel bakteri E. coli berbentuk batang. Menurutnya, bakteri E. coli yang merupakan bakteri Gram-negatif memberikan respon warna merah disebabkan karena kandungan lapisan membran luar berupa peptidoglikan yang tipis. Membran ini terdiri atas lipida, polisakarida, dan protein. Oleh karena struktur peptidoglikannya yang tipis, cat utama (kristal violet) akan lepas setelah dilakukan dekolorisasi sehingga tergantikan dengan cat lawan (safranin).

 

c. Uji Katalase

Uji katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu untuk mengetahui apakah bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob fakultatif, atau anaerob obligat. Pengujian tersebut berdasarkan pada kemampuan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi H2O dan O2. Enzim katalase diduga penting untuk pertumbuhan aerobik karena H2O2 dapat menghambat pertumbuhan bakteri sehingga bersifat racun terhadap sel bakteri.

 

Gambar 3. Hasil Uji Katalase Escherichia coli

 

Dalam praktikum, pemberian peroksida (H2O2) pada bakteri E. coli menyebabkan munculnya gelembung yang merupakan bentuk dari H2O dan O2. Hadirnya gelembung mengindikasikan telah terjadinya pemecahan H2O2 oleh enzim katalase (positif). Hal ini sesuai dengan penelitian serupa yang dilakukan oleh Bawole et al. (2018) di mana uji positif pada uji katalase terhadap E. coli ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung oksigen, menunjukkan adanya produksi enzim katalase. Menurut Zaid et al.. (2003) dalam jurnalnya, E. coli memiliki 2 enzim katalase, yakni HP I dan HP II yang dapat mengkatalisis dekomposisi H2O2.

 

d. Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

 Uji TSIA digunakan untuk membedakan beberapa jenis bakteri Enterobacteriaceae yang bersifat Gram-negatif. Pengelompokan tersebut didasarkan pada kemampuan bakteri dalam memfermentasikan gula yang akan membentuk asam dan produksi H2S sehingga dapat dibedakan dengan bakteri Gram-negatif lainnya. Media ini memiliki 3 jenis gula dalam kandungannya, yaitu 1% sukrosa, 1% laktosa, dan 0,1% glukosa. Konsentrasi ini akan berpengaruh terhadap penggunaan karbohidrat dan keadaan asam yang terbentuk. Indikator pH, yaitu phenol red, ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan pH akibat fermentasi karbohidrat. Sedangkan indikator H2S adalah FeSO4 untuk memperlihatkan pembentukan H2S yang ditunjukkan dengan timbulnya endapan hitam.

 

Gambar 4. Hasil Uji TSIA Escherichia coli


Dalam praktikum, pertumbuhan bakteri E. coli pada media TSIA menyebabkan perubahan warna media dari warna merah menjadi kuning. Hasil tersebut menunjukkan bahwa bakteri E. coli dapat memfermentasikan 3 jenis gula, yakni glukosa, sukrosa, dan laktosa. Di samping itu, terbentuknya gas dari fermentasi asam format menyebabkan media menjadi pecah. Pecahnya media disebabkan karena asam format teroksidasi sempurna oleh enzim hidrogenase sehingga menghasilkan H2 dan CO2. H2 inilah yang tidak larut pada media sehingga terakumulasi di sepanjang jalur inokulasi. Hal ini didukung oleh Aditi et al. (2017) di mana fermentasi gula diindikasikan dengan perubahan warna media TSIA menjadi kuning, sedangkan pembentukan gas pada butt akan memunculkan gelembung atau pecahnya media.

Adapun dari hasil pengujian tidak terdapat endapan hitam yang mengindikasikan produksi H2S. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur di mana  Fe yang terdapat dalam bentuk FeSO4 pada media akan berikatan dengan H2S. H2S terbentuk dari penggabungan H2 dan S dari penguraian asam amino sistein dan metionin oleh desulfurasi enzim. Reaksi H2S dengan Fe membentuk FeS yang ditampilkan sebagai endapan hitam (Litaay et al., 2007).

 

e. Uji Methyl Red (MR)

Beberapa bakteri memfermentasikan glukosa dan menghasilkan berbagai produk yang bersifat asam sehingga akan menurunkan pH media pertumbuhannya. Melalui uji MR, adanya fermentasi asam campuran oleh bakteri yang diuji dapat diketahui. Media akan berwarna merah pada lingkungan dengan pH 4,4 dan berwarna kuning dalam lingkungan dengan pH ≥6. Penambahan indikator pH methyl red dapat menunjukkan adanya perubahan pH menjadi asam.

 

Gambar 5. Hasil Uji MR Escherichia coli

Uji methyl red dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas fermentasi asam campuran oleh bakteri E. coli. Asam campuran tersebut terdiri atas asam laktat, asam suksinat, asam malat, dan asam format. Adapun dari hasil praktikum didapatkan hasil yang berbeda pada kedua tabung, di mana tabung I menunjukkan hasil negatif sedangkan pada tabung II menunjukkan hasil positif. Hasil negatif ditandai dengan warna yang tetap pada media, yakni kuning, karena tidak terjadi perubahan pH pada media. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ginting et al. (2018), E. coli dapat memproduksi asam campuran sehingga pH yang dihasilkan ≤4,4. Oleh karena adanya perubahan pH menjadi asam, maka reaksi MR menyebabkan media berubah warna menjadi merah. Hal ini diperkuat oleh El-Hadedy dan El-Nour (2012) bahwa pembiakan E. coli pada media MR menunjukkan hasil positif. Adapun adanya penyimpangan pada tabung I dapat disebabkan oleh kesalahan dalam proses inokulasi.

 

f. Uji Voges-Proskauer (VP)

Uji VP merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi bakteri enterik. Penambahan α -naphtol dan KOH pada media VP dilakukan sebagai indikator adanya asetoin (asetil metil karbonil) sebagai senyawa pendahulu dalam sintesis 2,3-butanadiol. Pada penambahan KOH, adanya asetoin ditunjukan dengan perubahan warna media cair menjadi merah muda. Perubahan warna ini kemudian diperjelas dengan penambahan larutan α -naphtol.

 

Gambar 6. Hasil Uji VP Escherichia coli

Tujuan dilakukannya uji VP adalah untuk mendeteksi produksi asetoin (senyawa pendahulu sistesis 2,3-butanadiol) pada media kultur bakteri. Dengan penambahan α-naphtol dan KOH, deteksi asetoin ditunjukkan dengan perubahan warna media menjadi warna merah. Pada hasil uji VP yang dilakukan, tidak terjadi perubahan warna sebagai indikasi tidak dihasilkannya asetoin. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Arrizqiyani dan Nurlina (2016) di mana pengujian VP pada media kultur E. coli menunjukkan hasil negatif. Menurutnya, asetoin akan teroksidasi menjadi diasetil oleh karena penambahan KOH dan oksigen dari udara. Diasetil akan ditunjukkan oleh α-naphtol dan reaksinya terhadap asam amino yang terdapat dalam media, berupa warna merah kecoklatan sampai ungu pada media. Sementara itu, E. coli tidak dapat membentuk asetil metil karbinol (asetoin). Metode serupa juga dilakukan oleh El-Hadedy dan El-Nour (2012) di mana hasil uji VP pada E. coli menunjukkan hasil negatif.

 

g. Uji Sitrat

Media yang digunakan untuk pengujian ini adalah media Simmons Citrat. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasi sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon menjadi natrium karbonat. Reaksi positif berupa perubahan warna hijau media menjadi warna biru, sedangkan reaksi negatif tidak menyebabkan perubahan warna pada media.

 

simmons citrate agar positive
Gambar 7. Hasil Uji Sitrat Escherichia coli

Bila bakteri dalam kultur mampu tumbuh dengan menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, maka warna media Simmons Citrate dalam bentuk agar miring akan berubah menjadi warna biru. Dalam praktikum, perubahan ini tampak pada media Simmons Citrate setelah inkubasi, menunjukkan hasil positif terhadap penggunaan sitrat. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Aref et al. (2018) yang hasilnya negatif terhadap bakteri E. coli. Begitupun pada Rifta et al. (2016) yang melakukan metode serupa. Menurutnya, bakteri tertentu yang memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon menghasilkan natrium karbonat yang bersifat alkali, sementara itu E. coli tidak memanfaatkan sitrat sehingga pada penanaman media hasilnya negatif. Namun demikian, penelitian oleh Hidayati et al. (2016) menunjukkan reaksi positif pada uji sitrat terhadap bakteri E. coli asehingga disimpulkan bahwa pada strain tertentu, bakteri E. coli dapat menggunakan sitrat.

 

h. Uji Indol

Uji indol merupakan salah satu uji biokimia yang digunakan untuk menentukan kemampuan mikroba dalam mengonversi triptofan menjadi senyawa indol karena tidak semua bakteri mampu membentuk indol. Pemecahan triptofan dikatalisis oleh bantuan enzim triptofanase yang dibentuk oleh bakteri. Dengan penambahan reagen Kovac's, maka keberadaan senyawa indol akan bereaksi dengan kandungan dalam reagen Kovac's dan membetuk warna merah pada media.

 

Gambar 8. Hasil Uji Indol Escherichia coli


Perubahan warna media menjadi merah adalah indikasi bahwa bakteri E. coli dapat memproduksi senyawa indol, tetapi pada hasil praktikum didapatkan hasil negatif. Hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Mursyida dan Yulnefia (2018), di mana bakteri E. coli memiliki kemampuan untuk menghidrolisis asam amino triptofan menjadi indol dan piruvat melalui kerja enzim triptofanase, sehingga pada media SIM akan didapatkan reaksi positif. Hasil positif juga didapatkan oleh El-Hadedy dan El-Nour (2012) di mana penanaman bakteri E. coli pada media SIM bereaksi positif, ditunjukkan dengan terbentuknya cincin merah pada media. Warna merah tersebut berasal dari reaksi indol dengan para-dimetilaminobenzaldehid yang terkandung dalam reagen Kovac's.

 

i. Uji Motilitas

Tidak semua jenis bakteri bersifat motil, artinya ada yang memiliki flagel (motil) dan adapula yang tidak memiliki flagel (non-motil). Penanaman bakteri E. coli dalam media SIM yang bersifat semi-solid bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya flagel pada bakteri tersebut. Uji postif ditandai dengan adanya pertumbuhan yang menyebar di sekeliling area tusukan atau adanya penyebaran yang berwarna putih seperti akar disekitar jalur inokulasi.

 

escherichia coli motility
Gambar 9. Hasil Uji Motilitas Escherichia coli


Pada media semi-solid SIM, bakteri dengan flagela masih dapat bergerak sehingga sifat motilitas pada bakteri dapat diamati. Adanya pergerakan bakteri pada media ditandai dengan terbentuknya penyebaran koloni di sekitar tusukan seperti yang dapat diamati pada Gambar 9.. Hasil ini telah sesuai dengan literatur, di mana pada media SIM, bakteri E. coli positif terhadap uji motilitas (Shah et al., 2013). Begitupun oleh Hananto et al. (2015) di mana pertumbuhan E. coli pada media SIM menunjukkan persebaran koloni menyerupai kabut pada bekas tusukan.

 

j. Uji Pengaruh pH

Bakteri membutuhkan pH yang optimal untuk pertumbuhannya. Perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Menurunnya proses aktivitas enzim turut serta pada penurunan laju pertumbuhan bakteri. Untuk mengetahui pH optimal bagi pertumbuhan bakteri, bakteri dapat dibiakkan pada media dengan pH yang berbeda-beda. Media dengan tingkat kekeruhan paling tinggi menunjukkan kondisi optimal bagi jenis bakteri tersebut untuk tumbuh.

 

Gambar 10. Hasil Uji Pengaruh pH Escherichia coli

 

Pada uji pengaruh pH, bakteri E. coli dibiakkan pada media NB dengan pH 3, 7, dan 9. Tingkat kepadatan sel bakteri pada media cair dilihat berdasarkan tingkat kekeruhan. Berdasarkan hal tersebut, dalam praktikum didapatkan pH optimal untuk pertumbuhan E. coli adalah 7.  Sementara itu, tabung dengan kandungan sel terendah adalah pada pH 3, menunjukkan bahwa pada pH tersebut, laju metabolisme E. coli sangatlah rendah. Hasil yang didapatkan sesuai dengan hasil pengujian pada literatur bahwa pH optimal bagi pertumbuhan E. coli berada pada jarak pH 6-7 (Czajkowska et al., 2005). Sedangkan menurut Faridz et al. (2007), E. coli memiliki pH optimal adalah 7-7,5 dengan pH minimum 4 dan pH maksimum 9.

 

k. Uji Pengaruh Suhu

Suhu merupakan faktor fisik yang berpengaruh pada laju pertumbuhan bakteri, di antaranya terhadap reaksi kimia dan stabilitas struktur molekul protein. Pada suhu optimal, bakteri dapat beradaptasi untuk hidup dan tumbuh dengan baik. Reaksi kimia akan meningkat dengan meningkatnya suhu karena peningkatan suhu menyebabkan peningkatan energi kinetik reaktan. Selain itu, suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan denaturasi enzim. Adapun penentuan suhu optimal dapat dilakukan dengan pembiakan bakteri pada suhu yang bervariasi.

 

Gambar 11. Hasil Uji Pengaruh Suhu Escherichia coli


Variasi suhu yang digunakan dalam praktikum untuk mengetahui suhu optimal E. coli adalah 15 °C, 37 °C, dan 45 °C. Kekeruhan yang tampak pada media NB diurutkan dari yang paling tinggi, yakni 37 °C - 45 °C – 15 °C. Dari data tersebut diketahui bahwa suhu optimal bagi pertumbuhan E. coli adalah pada suhu ruang (37 °C). Hasil yang sama didapatkan oleh Nakajima et al. (2012) di mana laju kelangsungan hidup E. coli paling tinggi pada suhu kultivasi 37 °C. Selain itu, data yang sama juga diperoleh oleh Faridz et al. (2007) bahwa suhu optimal bagi pertumbuhan E. coli adalah 37 °C dengan suhu minimum 10 °C dan suhu maksimum 45 °C.

 

DAFTAR PUSTAKA


Aditi, F.Y., Rahman, S.S., & Hossain, M.M., 2017. A Study on the Microbiological Status of Mineral Drinking Water. The Open Microbiology Journal, 11, pp.31-44.

 

Aref, N.E.M., Abdel-Raheem, A.R.A., Kamaly, H.F., & Hussien, S.Z., 2018. Clinical and Sero-Molecular Characterization of Escherichia coli with an Emphasis on Hybrid Strain in Healthy and Diarrheic Neonatal Calves in Egypt. Open Veterinary Journal, 8(4), pp.351-359.

 

Arrizqiyani, T. & Nurlina, L., 2016. Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada Cincau Hitam yang Dijual di Pasar Cikurubuk Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi, 16(1), pp.188-196.

 

Bajrami, E. & Sulaj, K., 2017. Occurrence of Pseudomonas aeruginosa in Homemade Fresh Butter in Some Rural Areas in Kosovo. Eurasian Journal of Veterinary Sciences, 33(2), pp.73-76.

 

Bawole, K.V., Umboh, S.D., & Tallei, T.E., 2018. Uji Ketahanan Bakteri Asam Laktat Hasil Fermentasi Kubis Merah (Brassica oleracea L.) pada pH 3. Jurnal MIPA, 7(2), pp.20-23.

 

Czajkowska, D., Witkowska-Gwiazdowska, A., Sikorska, I., Boszczyk-Maleszak, H., & Horoch, M., 2005. Survival of Escherichia coli Serotype O157:H7 in Water and in Bottom-Shore Sediments. Polish Journal of Environmental Studies, 14(4), pp.423-430.

 

El-Hadedy, D. & El-Nour, S.A., 2012. Identification of Staphylococcus aureus and Escherichia coli Isolated from Egyptian Food by Conventional and Molecular Methods. Journal of Genetic Engineering and Biotechnology, 10(1), pp.129-135.

 

Faridz, R., Hafiluddin, & Anshari, M., 2007. Analisis Jumlah Bakteri dan Keberadaan Escherichia coli Pada Pengolahan Ikan Teri Nasi di PT. Kelola Mina Laut Unit Sumenap. Jurnal Embryo, 4(2), pp.94-106.

 

Ginting, S.T.M., Helmi, T.Z., Darmawi, D., Dewi, M., Erina, E., Daud, R., & Hennivanda, H., 2018. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Gram Negatif pada Ambing Kambing Peranakan Etawa (PE). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner, 2(3), pp.351-360.

 

Hananto, W., Rudyanto, M.D., & Suardana, I.W., 2015. Isolasi dan Identifikasi Escherichia coli O157:H7 pada Sapi Bali di Kuta Selatan, Badung, Bali. Indonesia Medicus Veterinus, 4(4), pp.351-361.

 

Kumar, S., Kumar, M., Raj, A., & Prakash, J., 2017. Evaluation of Genetic Analysis of escherichia coli Isolated from Two Different Environmental Sources: Sewage Water Verses Soiled Bedding Materials of Laboratory Rodents. Brazilian Archives of Biology and Technology, 60, pp.1-10.

 

Litaay, M., Gobel, R.B., Abdullah, A., & Subair, 2007. Identifikasi Awal Bakteri pada Juwana Trochus niloticus Linn. dan Tridacna squamosa Linn. Asal Hatchery Pulau Barrang Lompo Makassar. Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 12(3), pp.145-152.

 

Mursyida, E. & Yulnefia, 2018. Deteksi Bakteri Coliform dan Escherichia coli dari Air Minum Jajanan Anak di Salah Satu Sekolah Dasar Kota Pekanbaru. Collaborative Medical Journal (CMJ), 1(2), pp.1-10.

 

Nakajima, T., Kurita, H., Yasuda, H., Takashima, K., & Mizuno, A., 2012. The Relation of E. coli Growth Phase and Low-Temperature He Plasma Jet Exposure. International Journal of Plasma Enviromental Science & Technology, 6(2), pp.189-193.

 

Rifta, R., Budiyono, & Darundiati, Y.H., 2016. Studi Identifikasi Keberadaan Escherichia coli pada Es Batu yang Digunakan oleh Pedagang Warung Makan di Tembalang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 4(2), pp.176-185.

 

Shah, Q.A., Bibi, F., & Shah, A.H., 2013. Anti-Microbial Effects of Olive Oil and Vinegar against Salmonella and Escherichia coli. The Pacific Journal of Science and Technology, 14(2), pp.479-486.

 

Widyaningsih, W., Supriharyono, & Widyorini, N., 2016. Analisis Total Bakteri Coliform di Perairan Muara Kali Wiso Jepara. Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES), 5(3), pp.157-164.

 

Zaid, T., Srikumar, T.S.N., & Benov, L., 2003. Growth of Escherichia coli in Iron-Enriched Medium Increases HPI Catalase Activity. Journal of Biochemistry and Molecular Biology, 36(6), pp.608-610.



Tidak untuk disalin! 

Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)

0 Comment:

Post a Comment

/>