Kutipan, Catatan Kaki, Rujukan, dan Daftar Pustaka

Daftar Isi

    Dalam penulisan karya ilmiah, baik penulisan makalah, skripsi, tesis, disertasi maupun penulisan laporan hasil penelitian, seorang penulis kadang-kadang menggunakan kutipan. Kutipan yang dicantumkan dalam karya tulis tersebut dimaksudkan untuk menegaskan isi uraian dan menunjang serta memperkuat gagasan atau ide yang dikemukakan dalam karya tulis tersebut.
    Menurut Hanum (2003: 9), dalam suatu karya ilmiah, bagian rujukan atau pustaka yang sesuai dimanfaatkan dalam rangka elaborasi masalah. Dengan cara demikian, pembahasan yang dilakukan dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang bersifat personal semata, di samping simpulan pun dapat ditarik dengan baik. Kemutakhiran rujukan hendaknya juga dapat diperhatikan.
    Namun tidak hanya sekadar mengutip, rujukan pada kutipan dan catatan kaki perlu diterangkan lebih lanjut dalam daftar yang berisi semua sumber bacaan, yakni disebut sebagai daftar pustaka atau bibliografi yang terdapat pada akhir suatu karya ilmiah. Penulisan daftar pustaka tesebut tentu memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi, tergantung metode atau gaya yang dipilih.
    Menurut Ruslijanto (2000: 69), dalam menulis suatu karangan ilmiah terutama studi pustaka yang memuat pendapat berbagai pakar mengenai suatu masalah yang kemudian dibahas dan ditarik kesimpulannya oleh si penulis, mutlak harus dicantumkan sumber informasi yang digunakan dalam naskah karangan ilmiah dan dalam daftar pustaka. Daftar pustaka yang berada pada akhir karangan ilmiah merupakan daftar dari semua sumber informasi yang digunakan.
    Dari uraian tersebut, maka telah dijelaskan mengenai pentingnya sebuah karya ilmiah memiliki unsur penegas atau penguat gagasan atau ide yang disampaikan di mana penulisan kutipan, rujukan, catatan kaki maupun daftar pustaka tersebut tidaklah hanya sekadar dicantumkan, melainkan harus mengikuti aturan yang berlaku. Maka sangatlah perlu untuk mempelajari bagaimana penulisan kutipan, rujukan, catatan kaki maupun daftar pustaka yang baik dan benar.

KUTIPAN

    Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat yang dapat diperoleh baik melalui sumber tertulis maupun sumber lisan. Contoh sumber tertulis tersebut antara lain buku, jurnal, majalah, maupun surat kabar. Sedangkan contoh sumber lisan yang dimaksud adalah ucapan seorang ilmuan atau tokoh terkenal yang disampaikan baik melalui pidato, wawancara, atau melalui diskusi.
    Berdasarkan jenisnya, kutipan dibedakan atas dua, yakni sebagai berikut (Tim Pengajaran Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin, 2014):
A. Kutipan Langsung
    Kutipan langsung adalah kutipan yang diambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat sesuai dengan teks aslinya. Kutipan langsung ada yang panjang dan ada yang pendek. Apabila kutipan itu kurang dari empat baris ketikan, maka dikategorikan sebagai kutipan pendek. Sedangkan apabila terdiri atas lebih dari empat baris ketikan, maka dikategorikan sebagai kutipan panjang.
    Perbedaan kutipan panjang dan kutipan pendek dapat dilihat dari perbedaan berikut.
  1. Kutipan pendek diintegrasikan langsung dengan teks sementara kutipan panjang dipisahkan dari teks dengan jarak 2,5 spasi.
  2. Jarak antara baris dengan baris dalam kutipan sama dengan jarak baris dalam uraian teks sementara jarak baris dengan baris kutipan adalah rapat, yakni 1 spasi.
  3. Kutipan pendek harus diapit oleh tanda kutip sementara aturan tersebut tidaklah mutlak pada kutipan panjang.
Contoh:
Kutipan pendek:
… tersebut. Menurut Ibnu (2002:19) “bahan rujukan yang dimasukkan dalam daftar rujukan hanya yang benar-benar dirujuk dalam tubuh artikel dan sebaliknya semua rujukan yang telah disebutkan dalam tubuh artikel harus tercatat di dalam daftar rujukan”.
Kutipan panjang:
… Menurut Kridalaksana (1996:2), variasi bahasa berdasarkan pemakai bahasa dibedakan atas empat jenis sebagai berikut ini. 
 

(1) Dialek regional yaitu variasi bahasa berdasarkan daerah. Variasi regional membedakan bahasa yang dipakai di satu tempat dengan yang dipakai di tempat lain. (2) Dialek sosial yaitu dialek yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu atau yang menandai stratum sosial tertentu. (3) Dialek temporal yaitu dialek yang dipakai pada kurun waktu tertentu. (4) Ideolek yaitu keseluruhan ciri-ciri bahasa seseorang.

    
    Bila dalam kutipan langsung terdapat kesalahan atau keganjilan, misalnya dalam persoalan pengetikan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan tersebut. Demikian pula halnya apabila penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu. Tetapi, penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau membuat catatan terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan sebagai catatan kaki atau dapat pula ditempatkan di belakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki itu, yakni [sic]. Singkatan sic. tersebut menunjukkan bahwa tanda kurung segi empat menunjukkan bahwa penulis tidak bertanggung jawab atau kesalah itu, ia sekadar mengutip sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya.

B. Kutipan Tidak Langsung
    Kutipan tidak langsung atau kutipan isi merupakan pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau penulis berupa inti, sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut. Dalam kutipan tidak langsung, penulis tidak mengutip secara keseluruhan kata dan kalimat yang terdapat dalam teks aslinya. Penulis hanya mengambil inti atau sari dari teks tersebut. Oleh karena itu, kutipan tidak langsung tidak perlu menggunakan tanda kutip.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kutipan tidak langsung, antara lain:
  1. kutipan itu diintegrasikan langsung dalam teks;
  2. jarak antara baris dengan baris sama dengan jarak uraian dalam teks;
  3. kutipan tidak diapit oleh tanda kutip, dan
  4. dicantumkan sumber rujukan dalam tanda kurung yang terdiri dari nama singkap pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman.
Contoh:
    Apabila kita kaji lebih jauh tentang penduduk asli Indonesia yang tertua, kita harus kembali melihat bukti-bukti peninggalan bersejarah. Pada zaman prehistoris, penduduk asli Indonesia yang tertua mempunyai bentuk dan ciri-ciri fisik yang berbeda dengan manusia sekarang. Hal ini dapat kita lihat pada fosil-fosil dan alat-alat yang ditemukan oleh para ahli antropologi (Koentjaraningrat, 1982:3).

C. Kutipan dari Ucapan Lisan
    Selain melalui sumber tertulis, kutipan juga dapat diperoleh melalu ucapan langsung dari seorang tokoh atau ilmuan. Prinsip pengutipan yang diambil dari ucapan lisan ini sama dengan prinsip pengutipan yang telah disebutkan sebelumnya.
Contoh:
    Dalam sebuah pidato di Starmus Festival, Profesor Stephen Hawking mengatakan, "Proyek yang disebut Breakthrough Star Shot, merupakan kesempatan nyata bagi manusia untuk melakukan foray dini ke angkasa luar, dengan maksud untuk menyelidik dan menimbang kemungkinan kolonisasi."

CATATAN KAKI

    Catatan kaki adalah keterangan dari teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan (Keraf dalam Fathoni, 2016). Catatan kaki dapat dipakai untuk menunjukkan sumber tempat terdapatnya kutipan dan untuk memberikan keterangan-keterangan lain terhadap teks karangan (Tim Pengajaran Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin, 2014).
    Menurut Fathoni (2016), kegunaan catatan kaki adalah sebagai berikut.
  1. Mendukung keabsahan penemuan atau penyataan penulis yang tercantum dalam teks atau sebagai petunjuk sumber.
  2. Tempat memperluas pembahasan yang diperlukan tetapi tidak relevan jika dimasukkan dalam teks.
  3. Referensi silang, yaitu petunjuk yang dinyatakan pada bagian mana atau halaman berapa halaman yang sama dibahas di dalam tulisan.
  4. Tempat menyatakan penghargaan atas karya atau data yang diterima dari orang lain.
Adapun penyusunan catatan kaki mengikuti cara-cara berikut (Fathoni, 2016):
  1. catatan kaki dipisahkan tiga spasi dari naskah halaman yang sama;
  2. antar catatan kaki dipisahkan satu spasi;
  3. catatan kaki lebih dari dua baris diketik dengan satu spasi;
  4. catatan kaki diketik sejajar dengan margin;
  5. catatan kaki jenis karangan ilmiah formal, diberi nomor urut mulai dari nomor satu untuk catatan kaki pertama ada awal bab berlanjut sampai dengan akhir bab. Pada setiap awal bab berikutnya catatan kaki dimulai dari nomor satu. Laporan atau karangan tanpa bab, catatan kaki ditulis pada akhir karangan;
  6. nomor urut angka arab dan tidak diberi tanda apapun, dan
  7. nomor urut ditulis lebih kecil dari huruf lainnya.
    Dalam praktik tulis-menulis sering dijumpai pula penulisan catatan kaki singkat. Tulisan itu dapat berupa ibid, op.cit, dan loc.cit, dijabarkan sebagai berikut (Fathoni, 2016).
  1. Ibid (ibidium), berarti sama dengan di atas. Ibid ditulis di bawah catatan kaki yang mendahuluinya.
  2. Op.cit (opere citato), artinya dalam karya yang yang telah dikutip (diberi catatan kaki) tetapi telah disisipi catatan kaki lain dari sumber lain.
  3. Loc.cit (loco citato), artinya telah merujuk pada sumber data pustaka dan pada halaman yang sama serta telah diselingi sumber lain
Contoh:

1Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm. 8.

2Ibid., hlm. 15

3Ismail Marahimin, Menulis secara Populer (Jakarta, Pustaka Jaya, 2001), hlm. 46.

4Soedjito dan Mansur Hasan, Keterampilan Menulis Paragraf (Bandung, Remaja Rosda Karya), hlm. 23.

5Gorys Keraf, op.cit. hlm. 8.

6Ismail Marahimin, loc.cit.

7Soedjito dan Mansur Hasan, loc.cit.


RUJUKAN

    Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir dan tahun di antara tanda kurung. Jika ada dua penulis, perujukan dilakukan dengan cara menyebut nama akhir kedua penulis tersebut. Jika penulis lebih dari dua orang, penulisan rujukan dilakukan dengan cara menulis nama pertama dari penulis pertama diikuti dengan dan kawan-kawan. Jika nama penulis tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama koran. Untuk karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis aslinya (Sarip, 2010).
Adapun teknik penulisan rujukan adalah sebagai berikut:
  1. Jika terdiri dari satu orang penulis: contoh: ... (Barda Nawawi Arief, 2012: 7) atau menurut Barda Nawawi Arief (2012: 7), ...
  2. Jika penulisnya dua: contoh: ... (Supardi dan Nachrawi, 2013: 1-3).
  3. Jika penulisnya lebih dari dua: contoh: ... (Ruzardi, dkk., 1998: 10), atau: Ruzardi, dkk. (1998: 10) mengemukakan ...
  4. Jika sumber kutipan berasal dari dua atau lebih karya penulis yang sama, dan diterbitkan pada tahun yang sama, maka penulisan tahun diberi kode dengan huruf kecil: a, b, dan seterusnya setelah tahun terbit. Contoh: ... (Sutrisno, 2005a: 8). Menurut Sutrisno (2005b: 76) ...
  5. Jika satu kutipan diambil dari banyak sumber dengan penulis yang berbeda-beda, maka dipisahkan dengan tanda ‘;’. Contoh: ...(Yasmin, 1997: 2; Anwar dan Kelik, 2000: 6; Farzan, dkk., 2000).
  6. Jika rujukan diambil dari koran atau majalah, maka penulisannya dengan format: (nama media ditulis miring, waktu terbit). Contoh: ... (Suara Merdeka, 9 Maret 2014).
  7. Jika kutipan berasal dari sumber kedua. Contoh: Herbert Packer (1970) dalam Arif Setiawan (2009: 23) berpendapat bahwa ...

DAFTAR PUSTAKA

    Tidak hanya sekadar mengutip, rujukan pada kutipan dan catatan kaki perlu diterangkan lebih lanjut dalam daftar yang berisi semua sumber bacaan, yakni disebut sebagai daftar pustaka atau bibliografi yang terdapat pada akhir suatu karya ilmiah.
Adapun fungsi dari daftar pustaka adalah sebagai berikut (Tim Pengajaran Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin, 2014).
  1. memberikan deksripsi yang penting tentang buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan
  2. sebagai pelengkap dari rujukan pada kutipan dan catatan kaki, maksudnya adalah apabila pembaca ingin mengetahui lebih lanjut tentang referensi yang terdapat pada kutipan dan catatan kaki, ia dapat mencarinya dalam daftar pustaka.
    Ada beberapa metode atau gaya penulisan sumber penulisan daftar pustaka yang dapat dipilih, antara lain: Turabian Style, Harvard Style, Vancouver Style, American Psychological Association (APA) Style, Chicago Style atau kombinasi dari berbagai gaya. Masing-masing gaya penulisan sumber kutipan tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan, tetapi suatu gaya yang dipilih harus diterapkan secara konsisten (Riduwan, 2014):
Adapun aturan penulisan daftar pustaka menurut Harvard Style, antara lain (Riduwan, 2014):
  1. sumber kutipan yang dinyatakan dalam karya ilmiah harus ada dalam daftar pustaka dan sebaliknya;
  2. literatur yang dicantumkan dalam daftar pustaka hanya literatur yang menjadi rujukan dan dkutip dalam karya ilmiah;
  3. daftar pustaka ditulis/diketik satu spasi, berurutan secara alfabetis tanpa nomor;
  4. jika literatur ditulis satu orang, nama penulis ditulis nama belakangnya lebih dahulu, kemudian diikuti singkatan (inisial) nama depan dan nama tengah, dilanjutkan penulisan tahun, judul dan identitas lain dari literatur/pustaka yang dirujuk;
  5. jika penulis lebih dari dua orang, nama pneulis yang diteulis seperti aturan ‘d’ dilanjutkan penulisan nama penulis kedua dan seterusnya sebagai berikut: nama depan dan nama tengah (disingkat) dilanjutkan nama belakang [untuk penulis kedua dan seterusnya, penulisan nama depan/tengah (singkatan) dan nama belakang tidak perlu dibalik seperti penulis pertama];
  6. penulisan daftar pustaka tidak boleh menggunakan et al. Sebagai penganti nama penulis kedua dan seterusnya;
  7. kata penghubung seorang/beberapa penulis dengan penulis terakhir menggunakan kata ‘dan, dan
  8. cara penulisan setiap daftar pustaka berbeda-berbeda, bergantung pada jenis literatur/pustaka yang menjadi referensi.
Berikut ini adalah contoh penulis daftar pustaka dari berbagai jenis pustaka.
a. Buku teks
    Aturan penulisan: nama belakang, inisial nama depan dan tengah (jika ada), tahun penerbitan, judul buku, edisi buku (jika ada), jilid buku (jika ada), nama penerbit, kota penerbit.
Contoh:

Campbell, N.A., Jane, B.R., Lisa, A.U., Michael, L.C., Steven, A.W., Peter, V.M., dan Robert, B.J., 2010, Biologi, Edisi 8, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.


b. Buku teks terjemahan
    Aturan penulisan: nama belakang penulis asli, inisial nama depan dan tengah (jika ada), tahun penerbitan, judul buku, edisi/cetakan, nama penerbit, kota penerbit, nama penerjemah, tahun, judul buku.
Contoh:

Cresswell, J.W., 2008, Research Design: Qualitive, Quantitive and Mixed Methods Approaches. 3rd Edition, Sage Publication, California, Terjemahan A. Fawaid, 2010, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Cetakan 1, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.


c. Artikel dalam jurnal
    Aturan penulisan: nama belakang, inisial nama depan dan tengah (jika ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama jurnal, volume dan nomor jurnal (nomor jurnal dalam tanda kurung), nomor halaman artikel dalam jurnal.
Contoh:

Riduwan, A., Triyuwono, I., Irianto, G., dan Ludigdo, U., 2010. Semiotika Laba Akuntasi: Studi Kritikal-Posmodernis Derridean, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 7(1), hh. 38-60.


d. Skripsi/Tesis/Disertasi
    Aturan penulisan: nama belakang, inisial nama depan dan tengah (jika ada), tahun, judul skripsi/tesis/disertasi, skripsi/tesis/disertasi, nama program studi dan/atau perguruan tinggi, kota tempat perguruan tinggi.
Contoh:

Hawking, S.. 1966, Properties of Expanding Universes, Thesis, University of Cambridge, Cambridge.

0 Comment:

Post a Comment

/>