Laporan Praktikum Mikrobiologi Umum: Uji Sanitasi Lingkungan

Daftar Isi

TUJUAN PRAKTIKUM

  1. Mengetahui tingkat sanitasi lingkungan.
  2. Mengetahui teknik pengujian sanitasi lingkungan.

DASAR TEORI

Kata 'sanitasi' mengacu pada usaha pemeliharaan kondisi higienis. Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia (Ekong, 2015). Ehler dan Steel (1958) mengemukakan bahwa usaha-usaha pengawasan ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat menjadi mata rantai penularan penyakit. Sanitasi lingkungan pada hakikatnya adalah kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum pula (Ferdiansyah, 2016).
Dalam mikrobiologi, deteksi kehadiran mikroorganisme tertentu dalam uji penyakit atau sanitasi lingkungan merupakan hal yang sangat penting (Tortora, dkk., 2010). Mendeteksi kehadiran mikroorganisme merupakan salah satu usaha dalam program sanitasi. Teknik pembersihan dan desinfektasi yang sesuai pada permukaan suatu benda merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah transmisi patogen terhadap makhluk hidup (Pepper dan Gerba, 2004). Sanitasi yang baik dapat mencegah transmisi virus seperti hepatovirus maupun bakteri patogen seperti Shigella dan Salmonella (Black, 2008).
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh setiap permukaan seperti tangan atau alat. Udara di dalam suatu ruangan dapat menjadi faktor sumber kontaminan mikroba. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, tetapi kontaminasi dari lingkungan di sekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya dari debu, air proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran percernaan, dari ruang yang digunakan dalam fermentasi, dan sebagainya. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat di dalam droplet air. Adapun mikroorganisme yang sering terdapat pada kulit misalnya bakteri pembentuk spora dan Staphylococcus, sedangkan pada rambut sering terdapat kapang. Suatu penelitian menunjukkan bahwa manusia dapat mengeluarkan 10 sampai 10^6 organisme hidup setiap menit, di mana jumlah dan jenisnya tergantung lingkungan di sekitarnya (Dwyana, 2019).
Uji sanitasi dapat dilakukan dengan meletakkan sampel dalam media tertentu untuk kemudian dilihat perubahan yang terjadi seperti perubahan warna media atau terbentuknya koloni pada permukaan. Media yang digunakan haruslah sesuai dengan sasaran biakan. Pada uji sanitasi air dapat digunakan metode Total Plate Count (TPC) atau metode hitungan cawan, yakni metode di mana sel mikroorganisme ditumbuhkan pada media agar sehingga mikroorganisme akan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Pada uji sanitasi tangan, digunakan media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), sementara uji sanitasi ruangan dengan menggunakan media Plate Count Agar (PCA) dan dibiarkan dalam keadaan terbuka sehingga diinkubasi serta uji sanitasi peralatan atau objek tertentu menggunakan metode swab. Selain itu dapat pula dilakukan pengenceran dan pemupukan dengan menggunakan agar PCA dan metode tuang (Nurjanah, 2006).

PROSEDUR KERJA

a. Uji Sanitasi Tangan
  1. Media NA, EMBA, dan MSA dituang pada masing-masing cawan petri.
  2. Media didiamkan hingga memadat.
  3. Tangan diletakkan pada permukaan media secara berurutan tanpa dicuci.
  4. Tepi cawan petri dibungkus dengan wrap plastic.
  5. Media diinkubasi di dalam inkubator selama 1×24 jam pada suhu 37 °C.
b. Uji Sanitasi Udara
  1. Media NA dan PDA dituang ke dalam masing-masing cawan petri.
  2. Media didiamkan hingga memadat.
  3. Cawan petri dibiarkan dalam keadaan terbuka selama 30 menit.
  4. Cawan petri ditutup kembali lalu tepinya dibungkus dengan wrap plastic.
  5. Media diinkubasi di dalam inkubator selama 1×24 jam pada suhu 37 °C.
c. Uji Sanitasi Rambut
  1. Media PDA dituang ke dalam 2 buah cawan petri.
  2. Media didiamkan hingga memadat.
  3. Tepi cawan petri dibungkus dengan wrap plastic.
  4. Sehelai rambut diletakkan di atas masing-masing media PDA (rambut laki-laki dan perempuan).
  5. Media diinkubasi di dalam inkubator selama 1×24 jam pada suhu 37 °C.
d. Uji Sanitasi Air
  1. Dilakukan pengenceran sampel pada pengenceran 10^-1 dan 10^-2.
  2. Sampel dimasukkan ke dalam cawan petri sebanyak 1 mL.
  3. Media NA dituang ke dalam masing-masing cawan petri, yakni pada pengenceran 10^-1 dan 10^-2.
  4. Tepi cawan petri dibungkus dengan wrap plastic.
  5. Media diinkubasi di dalam inkubator selama 1×24 jam pada suhu 37 °C.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Uji Sanitasi Tangan

Berdasarkan uji sanitasi tangan menggunakan media MSA yang dilakukan oleh Oktaviani dan Mas'ari (2017) dalam penelitian yang berjudul 'Identifikasi Staphylococcus aureus Sebelum dan Sesudah Mencuci Tangan dengan Sabun Antiseptik pada Swab Tangan Perawat di Ruang OK RSUD Petala Bumi Pekanbaru', ditemukan adanya bakteri Staphylococcus aureus. Keberadaan bakteri ini diidentifikasi dengan perubahan warna pada media MSA menjadi warna kuning. Penelitian juga dilakukan oleh Hutagaol (2017) dalam uji sanitasi tangan menggunakan media MSA dan didapatkan pula bakteri Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli di samping adanya Staphylococcus aureus.
Media MSA memiliki kandungan laktosa. Menurut Sarah dalam Hutagaol (2017), kandungan laktosa dalam agar berfungsi untuk membedakan antara fermenter laktosa dan bakteri fermenter non-laktosa dengan membentuk koloni merah muda (fermenter laktosa) atau koloni yang jelas (berwarna kuning) sehingga uji MSA dapat mengidentifikasi bakteri Gram-positif, yakni isolat Staphylococcus aureus.
Adapun menurut Himedia dalam Saridewi, dkk. (2016), pada pH yang cukup rendah, fermenter laktosa seperti Escherichia coli menghasilkan koloni ungu dengan kemilau hijau metalik, sedangkan kurangnya suasana asam dapat menghasilkan koloni berwarna cokelat-merah muda. Fermenter non-laktosa muncul seperti tampak transparan atau merah muda. EMBA mengandung zat enzimatik dari gelatin yang merupakan sumber nitrogen. Laktosa pada EMBA membuat bakteri Gram-negatif tumbuh terdiferensiasi berdasarkan sifatnya sehingga memproses laktosa. Eosin Y dan methylene blue dari media EMBA merupakan pewarna yang bergabung untuk membentuk kompleks pada pH asam dan menghambat bakteri Gram-positif, sementara eosin Y berubah warna ke ungu gelap ketika media sekitar koloni menjadi asam. Adapun uji sanitasi tangan menggunakan media NA telah dilakukan oleh Rahman, dkk. (2018) dan dari hasil penelitiannya, selain bakteri Staphylococcus sp., didapatkan pula Bacillus sp. pada sampel dari swab tangan.
Pada praktikum uji sanitasi tangan ini, digunakan media NA, MSA, dan EMBA. Pada media NA, didapatkan koloni dalam jumlah sedikit begitupun pada media EMBA yang hanya terdapat satu buah koloni. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa koloni pada kedua media memiliki bentuk sirkular berukuran kecil dan berwarna kuning. Sedangkan pada media EMBA, terbentuk koloni berwarna hijau metalik yang diduga merupakan bakteri Escherichia coli. Hal ini berdasarkan pada Himedia, dalam Saridewi, dkk. (2016) bahwa bakteri Gram-negatif, yakni Escherichia coli memproses laktosa dalam media EMBA sehingga suasana sekitar koloni menjadi asam sehingga warna koloni akan menampakkan warna ungu gelap dengan kemilau hijau metalik.
Adapun pada media MSA, didapatkan 2 jenis koloni, yakni koloni berwarna merah muda dan koloni berwarna kuning. Koloni tersebut ada yang bergabung ada pula yang terpisah. Koloni berwarna kuning, diduga sebagai bakteri jenis Staphylococcus berdasarkan cirinya. Zona kuning menunjukkan adanya fermentasi manitol, yakni asam yang dihasilkan menyebabkan perubahan warna phenol red pada agar dari warna merah menjadi kuning. Sedangkan untuk koloni berwarna merah muda, berdasarkan pada Hutagaol (2017), warna merah muda pada media menunjukkan bakteri yang tidak dapat melakukan fermentasi laktosa (manitol).

2. Uji Sanitasi Udara

Penelitian berupa identifikasi bakteri pada udara dalam media NA dilakukan oleh Palawe, dkk. (2015). Hasil penelitian menunjukkan adanya koloni berwarna kuning yang diidentifikasi merupakan bakteri Staphylococcus albus. Diterangkan bahwa Staphylococcus albus merupakan bakteri Gram-positif yang dapat ditemukan pada kulit manusia. Pada hasil praktikum uji sanitasi udara untuk media NA, didapatkan jenis koloni yang sama, yakni koloni berwarna kuning yang diduga merupakan bakteri Staphylococcus. Diketahui bahwa media NA mengandung nutrisi yang memungkinkan pertumbuhan berbagai jenis bakteri pada media.
Pada uji kontaminasi udara untuk media PDA, sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh Izzah (2015) di mana sampel udara diuji menggunakan parameter jamur, yakni PDA sebagai media yang memungkinkan pembiakan jamur. Dari 15 isolat, peneliti mendapatkan 9 isolat kapang dan 5 koloni khamir. Adapun dari hasil praktikum, pada media PDA, dari 17 isolat yang didapatkan terdapat 15 koloni kapang dan 2 koloni khamir. Hasil praktikum menunjukkan kemiripan pada segi rasio di mana jumlah koloni kapang lebih besar dibandingkan jumlah koloni khamir. Hal ini disebabkan karena kapang merupakan jenis fungi multiseluler yang bersifat aktif dan membutuhkan jumlah air yang lebih sedikit sehingga dapat tumbuh lebih cepat daripada khamir.

3. Uji Sanitasi Rambut

Uji kontaminasi rambut dalam media PDA sebelumnya telah dilakukan oleh Gumral, dkk. (2015). Hasil penelitian tersebut menemukan jenis kapang Microsporum spp. dan Trichophyton spp.. Adapun dalam praktikum uji sanitasi rambut ini, digunakan media PDA sebagai media biakan jamur pada sampel rambut laki-laki dan perempuan. Dari hasil praktikum, tampak adanya koloni kapang yang terbentuk pada media berisi sampel rambut laki-laki (a) sedangkan untuk rambut perempuan (b), tidak didapatkan koloni kapang. Tidak adanya kapang dari media b dapat disebabkan oleh penggunaan jilbab oleh perempuan. Selain itu, kondisi yang kering (tidak lembab) membuat pertumbuhan jamur tidak terjadi. Sedangkan pada sampel laki-laki yang mendapatkan kontak langsung dengan udara dapat memudahkan kontaminasi jamur sehingga tumbuh koloni pada media.

4. Uji Sanitasi Air

Pengujian kualitas air dalam medium NA telah dilakukan oleh Radji, dkk. (2018). Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya beberapa jenis bakteri di antaranya Staphylococcus sp., Escherichia coli, dan Salmonella sp.. Dalam praktikum uji sanitasi air dilakukan pengenceran -1 dan -2 dengan tujuan untuk memperoleh koloni terpisah. Pada medium NA dengan pengenceran -1, didapatkan 1 koloni berwarna kuning berukuran kecil dengan bentuk sirkular. Diperolehnya koloni dalam jumlah sedikit dapat disebabkan karena pengadukan dalam proses pengenceran yang kurang efektif. Sedangkan pada medium pengenceran -2, tidak ada biakan mikroba yang tumbuh. Hal ini dapat dikarenakan kecilnya jumlah koloni yang ada pada medium pengenceran sebelumnya sehingga pada pengenceran -2, tidak terjadi pertumbuhan mikroba. Hasil praktikum ini menunjukkan kemampuan bakteri untuk hidup di dalam air.

DAFTAR PUSTAKA

Black, J.G. & Black, L.J., 2018. Microbiology: Principles and Explorations. John Wiley & Sons.


Dwyana, z., 2019. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.


Ekong, I.E., 2015. An Assessment of Environmental Sanitation in an Urban Community in Southern Nigeria. African Journal of Environmental Science and Technology, 9(7), pp.592-599.


Ferdiansyah, F., 2016. Gambaran Sanitasi Lingkungan, Tempat Penampungan Air dan Keberadaan Jentik Aedes sp. di Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep Tahun 2015. Skripsi. Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar.


Gümral, R., Döğen, A., & Ilkit, M.M., 2015. Comparison of the Contamination Rates of Culture Media Used for Isolation and Identification of Dermatophytes. Turkish Journal of Medical Sciences, 45(3), pp.587-592.


Hutagaol, I.F., 2017. Identifikasi Bakteri pada Tangan Penjual Makanan di Kawasan SD di Kelurahan Tanjung Rejo. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.


Izzah, N., 2015. Kualitas Udara di Ruang Tunggu Puskesmas Perawatan Ciputat Timur dan Non-Perawatan Ciputat di Daerah Tangerang Selatan dengan Parameter Jamur. Skripsi. UIN Syarif Hidayatulah, Jakarta.


Nurjanah, S., 2006. Kajian Sumber Cemaran Mikrobiologis Pangan pada Beberapa Rumah Makan di Lingkar Kampus IPB Darmaga, Bogor. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 11(3), pp.18-24.


Oktaviani, S.Y., 2017. Identifikasi Staphylococcus aureus Sebelum dan Sesudah Mencuci Tangan dengan Sabun Antiseptik pada Swab Tangan Perawat di Ruang OK RSUD Petala Bumi Pekanbaru. Klinikal Sains: Jurnal Analis Kesehatan, 5(2), pp.46-49.


Palawe, B.V., Kountul, C., & Waworuntu, O., 2015. Identifikasi Bakteri Aerob di Udara Ruang Operasi Instalasi Bedah Sentral (Ibs) RSUP Rof. Dr. RD Kandou Manado. eBiomedik, 3(3).


Pepper, I.L. & Gerba, C.P., 2004. Environmental Microbiology: a Laboratory Manual, 2nd Edition. Elsevier Academic Press.


Radji, M., Oktavia, H., & Suryadi, H., 2008. Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Di Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang Di Daerah Lenteng Agung dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Majalah Ilmu Kefarmasian, 5(2), p.6.


Rahman, A., Hardi, I., & Baharuddin, A., 2018. Identification of Staphylococcus sp. Bacteria on Mobile and Personal Hygiene Practice Analysis. Window of Health, 1(1), pp.40-49.


Saridewi, I., Pambudi, A., & Ningrum, Y.F., 2016. Analisis Bakteri Escherichia coli pada Makanan Siap Saji di Kantin Rumah Sakit X dan Kantin Rumah Sakit Y. Bioma, 12(2), pp.90-103.


Tortora, G.J., Funke, B.R., & Case, C.L., 2010. Microbiology: An Introduction, 10th Edition. Pearson Education, Inc..




Tidak untuk disalin! 

Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)

0 Comment:

Post a Comment

/>