Laporan Praktikum Mikrobiologi Umum: Teknik Dasar Isolasi Mikroorganisme

Daftar Isi

TUJUAN PRAKTIKUM

  1. Mengetahui teknik dasar isolasi mikroorganisme.
  2. Mengetahui teknik dasar inokulasi mikroorganisme pada media pertumbuhan.

DASAR TEORI

Secara alami, mikroba di alam ditemukan dalam populasi campuran. Maka untuk memperoleh biakan murni dapat dilakukan isolasi. Proses isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba satu dengan mikroba lain yang berasal dari campuran berbagai mikroba untuk dapat mempelajari sifat biakan, morfologi, dan sifat mikroba lainnya (Waluyo, dalam Puspitasari, dkk., 2012). Dalam pengisolasian, uji positif tumbuhnya bakteri ditunjukkan dengan terbentuknya gumpalan (seperti pasir) pada media padat (Aulia, dkk., 2015).
Inokulasi adalah transfer atau pemindahan sampel mikroba ke suatu medium pertumbuhan dengan tujuan pembiakan sampel. Dalam proses sangat diperlukan teknik aseptik untuk mencegah kontaminasi, misalnya dengan mensterilkan alat yang akan digunakan. Adapun alat yang biasa digunakan dalam inokulasi adalah jarum ose dan cotton swab (Fitzgerald, dkk., 2018).
Terdapat beberapa teknik inokulasi, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Teknik gores

Teknik isolasi koloni bakteri dengan cara gores dilakukan dengan cara menggoreskan suspensi bahan yang mengandung mikroba pada permukaan media agar padat (Yusmaniar, dkk., 2017). Dengan menggunakan teknik gores, gabungan dari sel-sel bakteri akan tersebar pada permukaan media nutrien dalam cawan petri sehingga akan diperoleh kelompok-kelompok sel bakteri yang semakin kecil atau terpisah. Terdapat berbagai jenis pola teknik gores, di antaranya adalah metode sinambung dan metode kuadran. Pada pola sinambung, sampel diambil menggunakan ose lalu digores pada permukaan media dalam pola zigzag rapat. Adapun pada pola kuadran, pola yang dimiliki sama dengan pola sinambung, tetapi dilakukan pada keempat sisi media sehingga membentuk pola kuadran. Goresan pada kuadran kedua sampai keempat menyinggung goresan sebelumnya sehingga diperoleh koloni terpisah setelah dilakukan pembiakan di dalam inkubator (Sanders, 2012).

2. Pembiakan agar miring

Teknik inokulasi bakteri dengan cara pembiakan agar miring dilakukan dengan menggoreskan sampel pada permukaan agar miring. Jenis wadah yang digunakan dalam metode ini adalah tabung reaksi (Yusmaniar, dkk., 2017).

3. Metode congkel (Agar Slab Method)

Pada metode ini, media dipotong dalam bentuk balok persegi menggunakan spatula kemudian potongan tersebut akan diletakkan ke dalam cawan petri (Jordan dan Maier, 1999).

4. Metode swab

Pada metode swab, digunakan transpor swab steril. Sampel uji kemudian diusapkan pada media yang telah disiapkan untuk kemudian diinkubasi (Kurniawansyah, dkk., 2015). 

PROSEDUR KERJA

a. Inokulasi bakteri pada media agar miring

  1. Sampel bakteri diambil dari kultur media padat menggunakan ose bulat.
  2. Dibuat goresan pola zigzag pada permukaan media agar miring.
  3. Tabung ditutup menggunakan kapas. Prosedur diulang untuk tabung reaksi kedua.
  4. Media diinkubasi selama 1×24 jam.

b. Inokulasi bakteri pada media cawan petri metode gores

  1. Sampel bakteri diambil dari kultur media padat menggunakan ose bulat.
  2. Dibuat goresan pola sinambung pada media NA dalam cawan petri.
  3. Tepi cawan petri dibungkus menggunakan wrap plastic.
  4. Media diinkubasi selama 1×24 jam.

c. Inokulasi bakteri pada media cair

  1. Sampel bakteri diambil dari kultur media padat menggunakan ose bulat.
  2. Ose dimasukkan ke dalam media cair untuk memindahkan bakteri.
  3. Tabung ditutup menggunakan kapas. Prosedur diulang untuk tabung reaksi kedua.
  4. Media diinkubasi selama 1×24 jam.

d. Inokulasi jamur pada media cawan petri metode swab

  1. Sampel jamur diambil menggunakan cotton swab.
  2. Cotton swab disentuhkan pada media PDA.
  3. Tepi cawan petri dibungkus menggunakan wrap plastic.
  4. Media diinkubasi selama 1×24 jam.

e. Inokulasi jamur pada media cawan petri metode congkel

  1. Isolat jamur dicongkel menggunakan spatula berbentuk persegi empat.
  2. Sampel diletakkan di atas permukaan media baru.
  3. Tepi cawan petri dibungkus menggunakan wrap plastic.
  4. Media diinkubasi selama 1×24 jam.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Metode gores pada agar miring

Pada media agar miring, metode inokulasi yang digunakan adalah metode gores. Goresan dimulai dari dekat dasar tabung hingga mendekati mulut tabung. Adapun hasil inokulasi menunjukkan hasil positif pada kedua tabung, di mana terbentuk koloni-koloni bakteri berwarna putih yang tampak pada permukaan media agar miring.

b. Teknik gores metode sinambung pada cawan petri

Teknik gores metode sinambung dilakukan pada media NA dalam cawan petri. Hasil kultur menunjukkan adanya kesalahan dalam proses inokulasi yang telah dilakukan di mana koloni bakteri yang terbentuk tampak terputus-putus atau tidak mengikuti goresan sinambung. Kekeliruan ini diduga disebabkan oleh ujung ose yang tidak menyentuh permukaan media saat inokulasi.

c. Inokulasi pada media cair

Pada media cair, bakteri diinokulasikan ke dalam media Nutrient Broth (NB) dalam tabung reaksi. Setelah inkubasi, tampak perubahan pada kedua media NB di mana warna kuning jernih berubah menjadi kuning keruh. Perubahan tersebut mengindikasikan adanya pertumbuhan bakteri. Hal ini didasarkan pada literatur bahwa media yang berubah dari kuning jernih menjadi kuning keruh merupakan hasil positif terhadap bakteri (Lal & Cheepthman, dalam Saridewi, dkk., 2016). Pada kedua media, tampak bahwa media NB 2 memiliki tingkat kekeruhan yang lebih tinggi dibandingkan media NB 1, menunjukkan bahwa jumlah bakteri dalam NB 2 lebih besar dibandingkan pada media NB 1. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Yani dan Handayani (2011) bahwa laju perubahan kekeruhan sebanding dengan laju pertumbuhan bakteri di mana semakin cepat laju pertumbuhan bakteri dalam media, maka sebanding dengan peningkatan OD (Optical Density) atau kekeruhan media tersebut.

d. Teknik gores metode kuadran pada cawan petri

Teknik gores metode kuadran dilakukan pada media NA dalam cawan petri. Setelah inkubasi 1×24 jam, didapatkan koloni-koloni bakteri pada keempat kuadran. Hasil inokulasi tergolong tidak bagus dikarenakan pada kuadran ketiga, hanya terdapat beberapa titik koloni yang sangat sedikit. Hal ini diduga disebabkan karena goresan ketiga tidak menyinggung goresan kuadran kedua. Selain itu terjadi pula kekeliruan dalam penggoresan pada kuadran keempat di mana goresan keempat diduga menyinggung goresan pada kuadran pertama sehingga didapatkan koloni-koloni yang tidak terpisah.

e. Inokulasi jamur metode swab

Salah satu metode yang digunakan dalam inokulasi jamur adalah metode swab. Dalam praktikum yang telah dilakukan, isolat jamur diinokulasikan menggunakan cotton swab pada media PDA dalam cawan petri. Setelah inkubasi, didapatkan hasil positif di mana terdapat koloni-koloni jamur yang tumbuh pada permukaan media.

f. Inokulasi jamur metode congkel

Dalam teknik congkel, digunakan spatula untuk mengambil sampel jamur pada media untuk kemudian ditumbuhkan pada media baru, yakni media PDA dalam cawan petri. Setelah inkubasi, tampak bahwa pertumbuhan jamur hanya terjadi pada hasil congkelan yang telah diinokulasikan sebelumnya. Hal tersebut disebabkan karena telah terjadi kontaminasi pada media baru, ditandai dengan terbentuknya zona putih di sekitar congkelan. Kontaminasi tersebut menyebabkan pertumbuhan jamur jadi terhambat. Adapun kontaminasi ini dapat disebabkan karena dalam proses inokulasi yang dilakukan, terdapat kesulitan dalam memindahkan hasil congkelan ke dalam media baru sehingga durasi waktu yang digunakan pun cukup lama. Hal ini dapat meningkatkan peluang terjadinya kontaminasi oleh bakteri yang terdapat di udara. Menurut Seniati, dkk. (2017), kontaminasi bakteri dapat disebabkan karena kurangnya penguasaan metode dan lamanya durasi waktu yang digunakan dalam proses inokulasi.

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, R., Handayani, T., & Yennie, Y., 2015. Isolasi, Identifikasi dan Enumerasi Bakteri Salmonella spp. pada Hasil Perikanan serta Resistensinya Terhadap Antibiotik. Bioma, 11(2), pp.112-130.


Fitzgerald, H., Wilber, P.G., Bentz, K., & Peterson, A., 2018. Microbial Growth, Aseptic Inoculation, & Streak Inoculation. University of New Mexico, Albuquerque.


Jordan, F.L. & Maier, R.M., 1999. Development of an Agar Lift–DNA/DNA Hybridization Technique for Use in Visualization of the Spatial Distribution of Eubacteria on Soil Surfaces. Journal of Microbiological Methods, 38(1-2), pp.107-117.


Kurniawansyah, I.S., Warya, S., Rahayu, H.S., & Putri, D.L., 2015. Sterilitas Instrumen Pakai Ulang di Ruang Penyimpanan Unit Luka Bakar (ULB) Salah Satu Rumah Sakit di Kota Bandung. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 4(2), pp.98-105.


Puspitasari, F.D., Shovitri, M., & Kuswytasari, N.D., 2012. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Aerob Proteolitik dari Tangki Septik. Jurnal Sains dan Seni ITS, 1(1), pp.E1-E4.


Sanders, E.R., 2012. Aseptic Laboratory Techniques: Plating Methods. JoVE (Journal of Visualized Experiments), (63), p.e3064.


Saridewi, I., Pambudi, A., & Ningrum, Y.F., 2016. Analisis Bakteri Escherichia coli pada Makanan Siap Saji di Kantin Rumah Sakit X dan Kantin Rumah Sakit Y. Bioma, 12(2), pp.90-103.


Seniati, S., Marbiah, M., & Nurhayati, N., 2017. Kajian Uji Konfrontasi terhadap Bakteri Patogen dengan Menggunakan Metode Sebar, Metode Tuang, dan Metode Gores. Jurnal Galung Tropika6(1), pp.42-48.


Yani, M. & Handayani, D.W., 2011. Isolasi Bakteri Pendegradasi Sianida dari Tailing Pertambangan Emas. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 21(3), pp.176-185.


Yusmaniar, W. & Khairun, N., 2017. Mikrobiologi dan ParasitologiKementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusdik SDM Kesehatan, Jakarta.




Tidak untuk disalin! 

Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)

0 Comment:

Post a Comment

/>