Laporan Praktikum Hortikultura: Perbanyakan Generatif Tanaman

Daftar Isi

TUJUAN PRAKTIKUM

  1. Menyiapkan benih dan media semai yang baik.
  2. Menyemaikan benih.
  3. Menghitung viabilitas benih.
  4. Mampu menyiapkan media tanam yang baik.
  5. Mampu melakukan penanaman/pemindahan bibit ke wadah pemeliharaan.

 

DASAR TEORI

    Hortikultura berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari dua kata, yaitu hortus (kebun) dan culture (bercocok tanam). Dengan demikian, hortikultura berarti kegiatan atau seni bercocok tanam sayur-sayuran, buah-buahan, atau tanaman hias. Tanaman holtikultura memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia misalnya tanaman hias berfungsi untuk memberi keindahan (estetika) serta buah-buahan dan sayuran sebagai makanan. Pada umumnya, budidaya hortikultura diusahakan lebih intensif dibandingkan dengan budidaya tanaman lainnya.

    Pembiakan tanaman atau perbanyakan tanaman (plant propagation) adalah penumbuhan tanaman baru dari berbagai sumber atau bagian tanaman dengan tujuan untuk mencapai pertambahan jumlah, memelihara sifat-sifat penting dari tanaman, dan juga untuk mempertahankan eksistensi jenisnya. Ada dua cara perbanyakan tanaman, yaitu perbanyakan secara seksual (generatif) dan perbanyakan secara aseksual (vegetatif). Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan yang berasal dari biji. Biji tersebut dapat ditanam secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung adalah melalui persemaian, yakni menyiapkan bibit tanaman baru di tempat khusus sebelum dipindahkan ke lapangan. Penyemaian ini sangat penting, terutama pada benih tanaman yang halus dan tidak tahan terhadap faktor-faktor luar yang dapat menghambat proses pertumbuhan benih menjadi bibit tanaman.

    Sebagai tempat benih/biji berkecambah, media tanam ini harus terjamin dari segi ketersedian nutrisi maupun kelembapan. Media persemaian yang alami terdiri dari campuran tanah dan bahan-bahan organik yang memiliki kandungan hara tinggi. Selain media, kondisi benih yang akan berkecambah juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain benih dalam keadaan hidup dan tidak dorman karena persyaratan lingkungan untuk perkecambahan terpenuhi. Dari hasil penanaman, kualitas benih dapat diketahui dengan menghitung viabilitas benih, salah satunya dengan menghitung daya kecambah benih. Nilai ini diperoleh dengan menggunakan rumus berikut:


    Dalam melakukan pindah tanam, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Media sebagai tempat tumbuhnya tanaman perlu diperhatikan komposisinya. Pemupukan merupakan hal yang umum dilakukan karena tambahan unsur hara pada tanaman dapat membuat tanaman tumbuh dan berkembang lebih baik. Selain media, hal lain yang sangat penting untuk diperhatikan adalah sistem perakaran bibit karena berhubungan dengan penyerapan air dan unsur hara (Nurahmi et al., 2011). Di samping itu, pada tanaman yang diperbanyak melalui benih dan memerlukan persemaian, pindah tanam sebaiknya dilakukan pada stadia tanaman yang tepat. Pindah tanam lebih dini akan mempercepat adaptasi tanaman terhadap lingkungan, sehingga pertumbuhan tanaman tidak terhambat dan dapat menghasilkan bagian vegetatif yang lebih baik. Jika pindah tanaman terlambat, maka tanaman tidak mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan perttumbuhan vegetatifnya, sehingga tanaman lebih cepat menua dan cepat memasuki stadia generatif (Vavrina, dalam Firmansyah, 2009). Hal serupa dikemukakan oleh Sopha et al. (2015) bahwa bibit yang dipindahkan ke lapangan lebih awal (umur 6 minggu setelah semai) mempunyai ukuran tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan bibit yang dipindahkan umur 8 minggu setelah semai.

    Menurut Arif et al. (2015), pada umur pindah tanam yang terlalu tua, kemungkinan akan terjadinya kerusakan akar pada tanaman. Pindah tanam mengurangi area efektif akar dan menghilangkan rambut akar yang lebih dominan dalam penyerapan air. Lebih lanjut, dampak negatif dari pindah tanam pada umur bibit tua akan menyebabkan stres atau goncangan pindah tanam sehingga tentunya mempengaruhi kualitas produksi tanaman.

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

       Alat yang digunakan adalah sekop dan baskom, sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah benih tanaman (kamboja jepang Adenium sp., pepaya Carica papaya, dan okra Abelmaschus esculentus), media tanam, polybag, label, dan air.


B. Prosedur Kerja

  1. Alat dan bahan disiapkan.
  2. Media tanam dimasukkan ke dalam baskom sebagai media persemaian.
  3. Tiap benih ditanam di dalam media persemaian dengan mengatur jarak sedemikian rupa.
  4. Media persemaian diberi air secukupnya lalu diberi label sesuai jenis tanaman.
  5. Media ditempatkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Media disiram setiap hari dan dicatat jumlah benih yang tumbuh.
  6. Bibit yang telah tumbuh dan siap dipindah tanam kemudian dipindahkan ke polybag berisi media tanam sampai 2/3 bagian.
  7. Dilakukan pemeliharaan tanaman.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

    Persemaian bertujuan untuk menyiapkan bibit tanaman baru tertentu agar tahan terhadap faktor-faktor luar yang dapat menghambat proses pertumbuhan benih. Dalam praktikum, persemaian pada media tanah dilakukan terhadap benih kamboja, pepaya, dan okra. Selanjutnya viabilitas benih dihitung untuk melihat kualitas benih. Menurut Farida et al. (2017), mutu fisiologis benih dapat dilihat dari viabilitas benih, yakni salah satu parameternya adalah daya berkecambah.


Tabel 1. Tabel Viabilitas Benih


    Hasil perhitungan menunjukkan viabilitas kamboja, pepaya, dan okra secara berturut-turut adalah 4,9%, 32,1%, dan 8%. Dengan demikian benih pepaya memiliki viabilitas tertinggi sedangkan viabilitas terendah ditunjukkan oleh benih okra. Dari hasil tersebut, disimpulkan bahwa ketiga jenis benih memiliki viabilitas yang rendah. Hal ini berdasarkan pada Tustiyani et al. (2016) bahwa daya berkecambah minimal untuk benih adalah 80%.

    Perbedaan viabilitas dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal berupa anatomi benih. Okra memiliki kulit benih yang keras sehingga proses imbibisi berlangsung lebih lambat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Lesilolo et al. (2013) bahwa secara anatomi, terdapat perbedaan sel dan jaringan penyusun kulit benih. Benih dengan kulit yang tidak keras, tipis, dan bersifat permeabel terhadap air sangat mudah untuk terjadinya proses imbibisi yang dapat mempercepat proses perkecambahan benih. Tetapi pada benih-benih dengan struktur kulit yang agak keras, dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat berkecambah karena laju imbibisi yang lambat.

    Adapun bibit yang telah tumbuh dari persemaian kemudian dipindahkan ke media pemeliharaan. Pemeliharaan dilakukan setiap hari berupa penyiraman tanaman dan penyiangan gulma yang tumbuh di samping mengamati pertumbuhan bibit. Dari hasil pengamatan, tanaman dapat tumbuh dengan baik ditandai dengan jumlah daun dan tinggi tanaman yang terus meningkat. Selain itu, tidak ditemukan ciri-ciri serangan patogen maupun gejala kekurangan nutrisi pada tanaman. Salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal adalah media pemeliharaan. Menurut Saraswati, dalam Pasir dan Hakim (2014), media tanam yang baik adalah media yang mampu menyediakan ruang tumbuh bagi akar tanaman dan menopang tanaman, memiliki porositas yang baik (drainase maupun aerasi), menyediakan unsur hara yang cukup (makro maupun mikro), serta tidak mengandung bibit penyakit.

 

DAFTAR PUSTAKA

Arif, A., Sugiharto, A.N., dan Widaryanto, A., 2014. Pengaruh Umur Transplanting Benih dan Pemberian Berbagai Macam Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. saccharata Sturt). Jurnal Produksi Tanaman, 2(1), pp.1-4.

 

Farida, Z.N.L.E., Saptadi, D., dan Respartijarti, 2017. Uji Vigor dan Viabilitas Benih Dua Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) pada Beberapa Periode Penyimpanan. Jurnal Produksi Tanaman, 5(3), pp.484-492.


Firmansyah, F., Anngo, T.M., & Akyas, A.M., 2009. Pengaruh Umur Pindah Tanam Bibit dan Populasi Tanaman terhadap Hasil dan Kualitas Sayuran Pakcoy (Brassica campestris L., Chinensis group) yang Ditanam dalam Naungan Kasa di Dataran Medium. Agrikultura, 20(3), pp.216-224.


Lesilolo, M.K., Riry, J., dan Matatula, E.A., 2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih Beberapa Jenis Tanaman yang Beredar di Pasaran Kota Ambon. Agrologia, 2(1), pp.1-9.

 

Nurahmi, E., Harun, F., & Ikhwaluddin, I., 2011. Pengaruh Umur Pindah Bibit dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair NASA terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Agrista, 15(1), pp.25-31.

 

Pasir, S. & Hakim, M.S., 2014. Penyuluhan Penanaman Sayuran dengan Media Polybag. Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship, 3(03), pp.159-163.

 

Sopha, G.A., Sumarni, N., Setiawati, W., & Suwandi, S., 2015. Teknik Penyemaian Benih True Shallot Seed untuk Produksi Bibit dan Umbi Mini Bawang Merah. J. Hort., 25(4), pp.318-330.

 

Tustiyani, I., Pratama, R.A., dan Nurdiana, D., 2016. Pengujian Viabilitas dan Vigor dari Tiga Jenis Kacang-Kacangan yang Beredar di Pasaran Daerah Semarang, Garut. Jurnal Agroekoteknologi, 8(1), pp.16-21.




Tidak untuk disalin! 

Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)

0 Comment:

Post a Comment

/>