BAB 1PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup mempunyai habitatnya masing-masing berdasarkan pada kebutuhan lingkungannya. Perubahan lingkungan yang cepat dapat menyebabkan organisme yang hidup di habitat tersebut pindah akibat ketidakcocokan lingkungan. Namun jika perubahan tersebut berlangsung secara perlahan, maka organisme tersebut akan berusaha untuk beradaptasi. Relung atau niche merupakan cara hidup dari makhluk hidup dalam habitatnya. Dalam satu habitat dapat hidup berbagai jenis makhluk. Jika terdapat dua hewan yang memiliki niche yang sama, maka akan terjadi persaingan. Dalam persaingan yang ketat, saat itulah akan terjadi efisiensi cara hidup oleh masing-masing jenis. Persaingan secara luas adalah memperebutkan sesuatu antar dua organisme (Irwan, 2010).
Persaingan atau kompetisi terjadi ketika dalam suatu relung, hidup dua atau lebih individu yang memperebutkan faktor lingkungan yang sama semenara ketersediaan faktor lingkungan tersebut adalah terbatas. Adapun persaingan terbagi atas dua, yakni persaingan interspesifik yang berarti persaingan yang terjadi antara individu yang tidak sejenis sementara persaingan intraspesifik adalah sebaliknya, yakni persaingan terjadi antara individu yang sejenis.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh persaingan interspesifik maupun intraspesifik terhadap pertumbuhan jagung dan kacang hijau dengan enam jenis perlakuan yang berbeda.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui pengaruh interaksi kompetisi intraspesifik dan interspesifik terhadap pertumbuhan jagung dan kacang hijau.
- Melatih keterampilan mahasiswa dalam mengoperasikan alat, merancang percobaan dan menganalisis data statistik dari parameter yang terukur secara tepat dan teliti.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Adapun percobaan ini dilaksanakan pada hari ----------------------- pukul 14.00 WITA hingga selesai bertempat Laboratorium Biologi Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
II.1 Makhluk Hidup dan Habitatnya
Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup maupun dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Dengan model matematika para, ilmuwan juga dapat memprediksi kestabilan interaksi kedua spesies. Kestabilan yang dimaksud adalah jumlah populasi tidak habis sehingga interaksi tetap ada (Suzyanna, 2013).
Setiap makhluk hidup mempunyai habitatnya masing-masing berdasarkan pada kebutuhan lingkungannya. Perubahan lingkungan yang cepat dapat menyebabkan organisme yang hidup di habitat tersebut pindah akibat ketidakcocokan lingkungan. Namun jika perubahan tersebut berlangsung secara perlahan, maka organisme tersebut akan berusaha untuk beradaptasi. Bagi yang mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya, maka ia akan dapat melangsungkan kehidupannya. Adapun organisme yang tidak mampu untuk beradaptasi akan terseleksi oleh alam dan akhirnya mati (Irwan, 2010).
Kunci hubungan dari kehidupan suatu organisme adalah interaksinya dengan individu-individu dari spesies lain dalam sebuah komunitas. Interaksi interspesifik ini mencakup kompetisi, predasi, herbivora, parasitisme, mutualisme dan komensalisme. Jenis-jenis interaksi tersebut diklasifikasikan berdasarkan apakah jenis tersebut memiliki efek positif atau negatif demi kelangsungan hidup dan perkembangbiakan tiap-tiap dari dua spesies yang berinteraksi. Contohnya, predasi adalah sebuah interaksi +/-, yakni memberikan efek positif terhadap populasi predator dan efek negatif terhadap populasi mangsa (Campbell, dkk., 2017).
Adapun istilah daya dukung lingkungan (carrying capacity), yakni batas di mana jumlah populasi itu tidak lagi dapat didukung oleh sarana, sumber daya dan lingkungan yang ada. Ada makhluk yang mempunyai strategi hidup dengan memperhatikan daya dukung lingkungan. Makhluk tersebut akan menekan populasinya apabila jumlahnya sudah mendekati batas daya dukung tersebut. Namun ada pula makhluk hidup yang tidak peduli dengan batas daya dukung itu dan mereka akan berkembang biar menurut nalurinya (Irwan, 2010).
II.2 Kompetisi Antar Makhluk Hidup
Ada banyak jenis perilaku makhluk hidup dalam memperjuangkan sumber-sumber daya, misalnya makanan, pasangan kawin, atau bahan untuk membangun sarang. Karena tiap individu suatu spesies memiliki kebutuhan-kebutuhan yang sama, maka individu-individu itu lebih mungkin terlibat dalam kompetisi satu sama lain untuk memperoleh sumber-sumber daya yang langka. Namun jarang sekali perjuangan itu melibatkan perkelahian yang sesungguhnya, melainkan perilaku-perilaku menunjukkan kekuatan secara pura-pura. Artinya, para kompetitor akan saling mengancam satu sama lain dengan berbagai gerakan agresif seperti menunjukkan taring, mengaum keras, atau pura-pura menyerang lawan. Perilaku tersebut hanya bersifat simbolik, atau disebut sebagai ritual (Fried, dkk., 2007).
Relung atau niche merupakan cara hidup dari makhluk hidup dalam habitatnya. Dalam satu habitat dapat hidup berbagai jenis makhluk. Jika terdapat dua hewan yang memiliki niche yang sama, maka akan terjadi persaingan. Dalam persaingan yang ketat, saat itulah akan terjadi efisiensi cara hidup oleh masing-masing jenis. Hewan yang memiliki efisiensi cara hidup yang lebih baik, akan menjadi lebih spesialis sehingga relung pun mengalami penyempitan. Namun bila populasi semakin meningkat, maka persaingan antar individu akan terjadi sehingga individu yang lemah akan terdesak dan menuju niche yang marginal. Maka relung akan semakin melebar dan menjadi lebih generalis. Ini berarti jenis tersebut semakin tahan atau kuat sehingga makin rentan pula individu tersebut (Irwan, 2010). Secara umum, dua spesies dengan relung yang nyaris sama akan sering berkompetisi sejak mereka pertama bertemu. Kompetisi interspesifik didefinisikan sebagai sebuah peristiwa reduksi dalam kesuburan individu, kemampuan bertahan hidup, atau pertumbuhan yang menghasilkan eksploitasi sumber atau campur tangan dengan individu dari spesies lainnya (Jun-Wu, 2018).
Tingkat spesialisasi yang tinggi dari tiap spesies dapat ditentukan oleh keanekaan relung hidup yang tinggi. Selain keanekaan relung hidup yang tinggi, ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan, yaitu tingkat spesialisasi yang tinggi dari tiap spesies. Banyak spesies ikan yang memiliki kebutuhan yang sama sehingga terdapat persaingan aktif, baik antara spesies yang berbeda maupun antara spesies yang sama. Persaingan ini kemudian menuju pada pembentukan relung ekologi yang lebih sempit lagi (Prasetia, 2015).
II.3 Tipe Interaksi antara Dua Jenis Individu
Secara teori, populasi dari dua jenis individu dapat berinteraksi dengan pola kombinasi 00, --, ++ dan +0, -0 dan +-. Berdasarkan pola tersebut, maka tipe interaksi dikelompokkan sebagai berikut (Irwan, 2010), yakni:
- Neutralisme, yakni hubungan interaksi 0/0. Merupakan jenis di mana individu bersikap netral sehingga tidak ada hubungan timbal balik atau pengaruh dalam interaksi tersebut.
- Persaingan, yakni hubungan interaksi -/-. Merupakan pola hubungan yang saling menghalangi. Kedua populasi yang bersaing akan saling menghalang-halangi secara aktif.
- Amensalisme, yakni hubungan interaksi -/0. Merupakan tipe di mana satu populasi dihalangi sedangkan populasi yang lain tidak mendapatkan pengaruh apa pun.
- Parasitisme, yakni hubungan interaksi +/-. Merupakan tipe di mana satu populasi merugikan yang lainnya.
- Pemangsaan atau predator, yakni hubungan interaksi +/-. Merupakan tipe ketika satu populasi menyerang populasi lainnya secara langsung.
- Komensalisme, yakni hubungan interaksi +/0. Merupakan tipe di mana satu populasi diuntungkan sedangkan populasi yang lain tidak terpengaruh apa pun.
- Proto-kooperasian, yakni hubungan interaksi +/0. Merupakan tipe di mana kedua populasi memperoleh keuntungan masing-masing dengan adanya interaksi itu, namun hubungan itu tidak merupakan suatu keharusan.
- Mutualisme, yakni hubungan interaksi +/+. Merupakan tipe di mana pertumbuhan dan kehidupan kedua populasi saling memberikan keuntungan dan juga saling membutuhkan.
Dari segi pertumbuhan dan kehidupan populasi, jenis interaksi tersebut meliputi segi positif, negatif atau nol. Persaingan interspesifik merupakan jenis interaksi negatif. Persaingan secara luas adalah memperebutkan sesuatu antar dua organisme. Persaingan interspesifik adalah suatu interaksi antara dua atau lebih populasi yang berlainan jenis, saling mempengaruhi secara merugikan. Dalam hal ruang, persaingan mencakup makanan atau nutrien, sinar matahari, air dan lain-lain. Persaingan merupakan salah satu mekanisme seleksi alam. Persaingan interspesifik dapat berakibat penyesuaian keseimbangan antar dua jenis atau dapat berakibat penggantian populasi jenis satu dengan yang lainnya. Maka pesaing yang unggul akan menggantikan tempat yang lainnya (Irwan, 2010).
Dalam interaksi negatif, adakalanya suatu populasi mengeluarkan bentuk senyawa. Senyawa ini bersifat merugikan populasi, contohnya adanya antibiosis allelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan. Hal tersebut merupakan usaha pertahanan bagi populasi tersebut dalam mempertahankan dirinya (Irwan, 2010).
Adapun interaksi positif dapat memberikan pengaruh yang sangat besar pada struktur komunitas ekologi. Contohnya, Juncus gerardii dapat membuat tanah menjadi lebih subur bagi spesies tumbuhan lain di beberapa area di Selandia Baru. Juncus dapat mencegah pembentukan garam dalam tanah dengan cara mengurangi evaporasi. Juncus juga dapat mencegah tanah rawa yang mengandung garam untuk menghabiskan oksigen.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Jane, B.R., Lisa, A.U., Michael, L.C., Steven, A.W., Peter,
V.M. dan Robert, B.J.. 2004. Biology
Eleventh Edition. New York: Pearson Education, Inc..
Fried, G.H. dan George, J.H.. 2007. Biologi
Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Irwan, Z.D., 2010. Prinsip-Prinsip
Ekologi: Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Jun-Wu, Q., Wen-Jie, H., Fei, L.,
Bao-Yun, X., Wen, X., Shao-Li, W. Dan You-Jun, Z., 2014. Intra- and Interspecific Competition Between Western Flower Thrips and
Sweetpotato Whitefly. Journal of
Insect Science.14(187):1-5.
Prasetia, I.Y.D. dan I Gede, Y.W., 2015. Struktur Komunitas Terumbu Karang di Pesisir Kecamatan Buleleng
Singaraja. Jurnal Sains dan
Teknologi. 4(2):579-590.
Suzyanna, 2013. Interaksi antara Predator-Prey dengan Faktor Pemanen
Prey. Journal of Scientific Modeling
and Computation. 1(1):58-66.
Sagala, D., Leo, M. dan Didi, D., 2011. Kompetisi antara Tanaman Sorgum dengan
Rottboellia. Jurnal Agroqua. 9(2):37-41.
Paragraf yang tidak memiliki rujukan, mengikuti rujukan paragraf sebelumnya.
Tidak untuk disalin!
Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)
0 Comment:
Post a Comment