Daftar Isi
TUJUAN PRAKTIKUM
- Membuat larutan hidroponik.
- Membuat wadah hidroponik.
- Melakukan penanaman dan pemeliharaan tanaman hidroponik.
DASAR TEORI
Menggunakan tanah sebagai lahan pertanian
merupakan hal yang umum dilakukan oleh para petani. Namun selain tanah, lahan
budidaya tanaman dapat pula berupa media lain, contohnya air seperti yang
dilakukan dalam sistem hidroponik (Roidah, 2014). Hidroponik merupakan salah
satu cara bercocok tanam yang memanfaatkan air sebagai media nutrisi yang akan langsung diserap
oleh tanaman sebagai penunjang tumbuh tanaman sehingga dapat menjadi cara bercocok tanam alternatif
di kota
(Rakhman et al., 2015).
Media tanam yang digunakan dalam hidroponik tidak mengandung nutrisi yang dibutuhkan
oleh tanaman. Oleh karenanya penambahan nutrisi mutlak dilakukan untuk budidaya
tanaman sistem hidroponik, baik unsur hara esensial makro maupun mikro
(Wahyuningsih et al., 2016).
Suplai nutrisi yang baik menyebabkan laju pertumbuhan tanaman hidroponik bisa
mencapai 50% lebih cepat dibanding tanaman yang ditanam di tanah pada kondisi
yang sama. Hal ini dikarenakan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan akar
lebih sedikit sehingga sisa energi bisa disalurkan ke bagian lain dari tanaman
(Juhriah et al., 2020)
Jenis hidroponik dapat dibedakan dari
media yang digunakan untuk berdiri tegaknya tanaman. Media tersebut biasanya
bebas dari unsur hara (steril), sementara itu pasokan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam media tersebut melalui pipa atau disiramkan
secara manual. Media tanam tersebut dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolite, atau tanpa media agregat (hanya
air). Yang paling penting media tanam tersebut harus bersih dari hama sehingga
tidak menumbuhkan jamur atau agen penyakit lainnya (Roidah, 2014).
Budidaya hidroponik biasanya dilaksanakan
di dalam rumah kaca (greenhouse)
untuk menjaga tanaman tumbuh secara optimal dan benar-benar terlindung dari
pengaruh unsur luar seperti hujan, hama penyakit, iklim, dan lain-lain (Roidah, 2014). Melalui teknik budidaya secara hidroponik, hasil produk pertanian menjadi
lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitas, serangan hama dan penyakit leih
rendah, kontrol nutrisi pada tanaman lebih mudah dilakukan, bebas pestisida,
penggunaan air dan pupuk sangat efisien, tidak bergantung musim, dapat dilakukan
di lahan yang sempit (Wahyuningsih, 2016), seragam, serta dapat dilakukan secara kontinyu (Suharto et al., 2016). Walaupun demikian, sistem hidroponik memiliki kelemahan, yakni
investasi awal yang mahal, memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan
meramu bahan kimia, serta ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik
agak sulit (Roidah, 2014).
Tanaman yang sering ditanam sistem hidroponik
adalah tanaman sayur karena batang sayur-sayuran tidak terlalu besar dan berat.
Sayuran merupakan sumber makanan yang menyediakan nutrisi lengkap untuk
kepentingan tubuh. Selain memberi manfaat produktif, tanaman hidroponik juga
bisa diletakkan di teras untuk untuk hiasan karena secara visual terlihat indah (Wahyuningsih et
al., 2016)
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum
meliputi instalasi pipa
hidroponik,
netpot,
pisau,
dan nampan.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan meliputi benih tanaman (kangkung Ipomoea
reptans, sawi
hijau Brassica rapa
var. parachinensis L., selada merah Lactuca
sativa var. acephala, Sawi pagoda Brassica juncea
L.,
bayam merah Amaranthus
tricolor, dan pakcoy Brassica rapa L.), rockwool, air, tusuk gigi, kain flanel, nutrisi hidroponik, dan batu penyangga.
B. Prosedur Kerja
- Rockwool
dipotong dengan ukuran ±2×2×2 cm atau lebih kecil, ditata di atas nampan plastik
lalu dibasahi air.
- Dibuat lubang
pada rockwool menggunakan tusuk gigi lalu dimasukkan tiap
benih tanaman.
- Nampan berisi rockwool disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung sampai benih berkecambah.
- Nampan berisi benih yang telah berkecambang dipindahkan ke tempat yang terkena sinar matahari langsung.
- Setelah berdaun sekitar 3-4 lembar, dimasukkan ke dalam netpot yang telah diberi sumbu dari kain flanel.
- Netpot diisi dengan batu-batu kecil untuk menyangga tanaman agar berdiri tegak.
- Netpot ditempatkan pada instalasi hidroponik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan hidroponik dilakukan dengan
menanam benih kangkung Ipomoea reptans, sawi hijau Brassica rapa
var. parachinensis L., selada merah Lactuca
sativa var. acephala, Sawi pagoda Brassica juncea
L.,
bayam merah Amaranthus
tricolor, dan pakcoy Brassica rapa L. Mula-mula benih
disemaikan menggunakan rockwool. Untuk mendukung proses perkecambahan benih,
benih diletakkan di ruang gelap (tanpa paparan sinar matahari langsung).
Berdasarkan hasil penelitian Washa (2015), biji yang dibiarkan berkecambang di
ruang gelap dapat mendukung atau mempercepat proses perkecambahan. Hal ini
dikarenakan cahaya dapat mengurai gas asam karbonat, melepas oksigen dan
mengikat karbon sehingga menghambat fase vegetatif (Neff et al., 2009). Kecambah yang telah tumbuh kemudian dipindahkan ke
dalam netpot dan ditempatkan di instalasi hidroponik berupa pipa paralon. Lokasi
instalasi hidroponik ini terpapar oleh cahaya. Pemindahan ini harus segera
dilakukan karena menurut Qurrohman (2019), semaian yang terhambat terkena sinar
matahari menyebabkan bibit mengalami etiolasi.
Bentuk pemeliharaan yang dilakukan adalah
dengan menjaga ketersediaan air dan nutrisi bagi tanaman hidroponik. Dalam
proses pemeliharaan yang dilakukan, masing-masing satu tanaman sawi hijau dan
bayam merah mengalami kematian. Hal ini disebabkan oleh kesalahan praktikan
yakni sempat lalai dalam menjaga kadar air dan nutrisi sehingga tanaman
tersebut menjadi layu. Namun selain kedua tanaman tersebut, tanaman lainnya
dapat tumbuh dengan baik. Walau demikian, kegiatan pemeliharaan tidak dapat
dilanjutkan begitupun pemanenan akibat terkendala situasi pandemi.
DAFTAR PUSTAKA
Juhriah, Masniawati A., dan Tambaru, E., 2020. Penuntun Praktikum Hortikultura.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Neff, M.M., Sanderson, L., dan Tedor, D., 2009.
Light-Mediated Germination in Lettuce Seeds: Resurrection of a Classic Plant
Physiology Lab Exercise. The American
Biology Teacher, 71(6), pp.367-370.
Qurrohman, B.F.T., 2019. Bertanam Selada Hidroponik: Konsep dan Aplikasi. Pusat Penelitian
dan Penerbitan UIN SGD, Bandung.
Rakhman, A., Lanya, B., Rosadi, R.A.B., dan Kadir,
M.Z., 2015. Pertumbuhan Tanaman Sawi Menggunakan Sistem Hidroponik dan
Akuaponik. Jurnal Teknik Pertanian
Lampung, 4(4), pp.245-254.
Roidah, I.S., 2014. Pemanfaatan Lahan dengan
Menggunakan Sistem Hidroponik. Jurnal
Universital Tulungagung BONOROWO, 1(2), pp.43-50.
Suharto, Y.B., Suhardiyanto, H., dan Susilo, A.D.,
2016. Pengembangan Sistem Hidroponik untuk Budidaya Tanaman Kentang. Jurnal Keteknikan Pertanian, 4(2),
pp.211-218.
Wahyuningsih, A., Fajriani, S., dan Aini, N., 2016.
Komposisi Nutrisi dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy
(Brassica rapa L.) Sistem Hidroponik. Jurnal
Produksi Tanaman, 4(8), pp.595-601.
Washa, W.B., 2015. Potential of the Dark as a Factor
Affecting Seed Germination. International
Journal of Science and Technology, 5(2), pp.28-36.
Tidak untuk disalin!
Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)
0 Comment:
Post a Comment