Laporan Praktikum Ekologi Umum: Kelembapan Udara

BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
    Kelembapan udara ditentukan oleh banyak sedikitnya sedikitnya uap air yang terkandung dalam atmosfer. Uap air tersebut berasal dari penguapan air yang ada di lautan, danau, sungai, maupun air tanah. Selain itu, uap air juga datang dari proses transpirasi, yakni proses penguapan dari tumbuh-tumbuhan. Sedangkan banyaknya air di dalam udara tergantung pada berbagai faktor, antara lain ketersediaan air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan angin (Fadholi, 2013).
    Kelembapan udara memiliki peranan yang penting dalam kehidupan makhluk hidup. Kekondusifan suatu lingkungan juga bergantung pada faktor ini. Salah satu fungsi utama kelembapan udara adalah sebagai lapisan pelindung permukaan bumi. Dengan adanya lapisan pelindung tersebut, maka suhu udara di permukaan bumi dapat diturunkan dengan cara menyerap atau memantulkan, sekurang-kurangnya, setengah radiasi matahari gelombang pendek yang menuju ke permukaan bumi. Kelembapan udara juga dapat membantu menahan keluarnya radiasi matahari gelombang panjang dari permukaan bumi, baik pada waktu siang maupun pada malam hari (Asdak, 2005).
    Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah praktikum untuk mengetahui besarnya kelembapan relatif udara pada lokasi yang berbeda dan juga untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan kelembapan relatif udara tersebut.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui kelembapan relatif udara pada lokasi yang berbeda dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut.
  2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam mengoperasikan peralatan secara teliti dan tepat dan mengukur kelembapan udara relatif di lingkungan.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
    Adapun percobaan ini dilaksanakan pada hari ----------------- pukul 14.00 WITA hingga selesai dan dilakukan di empat lokasi berbeda, yakni Canopy, WC Canopy, Science Building, dan LBD 211.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Kelembapan Udara
    Kelembapan menyatakan jumlah uap air yang berada di udara. Kelem-baban mutlak adalah sejumlah air yang dinyatakan sebagai berat air per satuan udara. Jumlah uap air yang dapat disimpan di udara (pada keadaan jenuh) adalah bervariasi berdasarkan perbedaan suhu dan tekanan yang ada, maka kelembapan nisbi merupakan persentase uap air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan di bawah keadaan dan temperatur yang sebenarnya (Michael, 1995).
    Udara dapat menyerap air dalam bentuk uap. Jumlah air yang diserap ter-gantung pada keadaan lingkungan seperti suhu udara dan kadar air. Makin tinggi suhu udara, maka makin banyak pula air yang dapat diserap. Uap air meng-hasilkan tekanan yang besarnya dinyatakan dalam bar (1 bar = 105 N/m2) (Soemarto, 1995).
    Terdapat dua unsur kelembapan udara, yakni kelembapan spesifik dan kelembapan absolut. Kelembapan spesifik menyatakan banyaknya uap air dalam gram terhadap udara basah dalam satuan kilogram (gr/kg). Sedangkan kelem-baban absolut menyatakan perbandingan massa uap air dengan volume udara total, dengan satuan gr/m3. Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada pengaruh perubahan tekanan udara terhadap angka kelembapan dalam suatu daerah. Pada kelembapan spesifik, perubahan tekanan udara tidak akan memengaruhi besar kecilnya kelembapan. Sedangkan pada kelembapan absolut, perubahan tekanan udara akan memengaruhi besar kecilnya kelembapan (Asdak, 2005).

II.2 Kelembapan Udara Relatif
    Kelembapan udara relatif disebut juga kelembapan nisbi. Kelembapan nisbi menyatakan nilai perbandingan antara tekanan uap air yang ada pada saat pengukuran (e) dengan nilai tekanan uap air maksimum (em). Nilai tersebut dapat dipeoleh berdasarkan pada temperatur udara dan tekanan udara pada saat pengukuran dilakukan. Maka persamaan untuk kelembapan udara nisbi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut (Fadholi, 2013):

dengan:
RH = kelembapan udara relatif (%)
e = tekanan uap air pada saat pengukuran (mb)
em = tekanan uap air maksimum yang dapat dicapai pada suhu udara dan tekanaan udara saat pengukuran (mb)

II.3 Hubungan antara Suhu dan Kelembapan Udara
    Temperatur dan kelembapan bertindak besama. Temperatur dan kelembapan memiliki peranan penting dalam lingkungan daratan. Hubungan keduanya sangatlah erat sehingga dikatakan bahwa temperatur dan kelembapan udara merupakan bagian paling penting dari iklim. Interaksi antara temperatur dan kelembapan tergantung pada nilai relatif dan juga nilai mutlak dari setiap faktor (Odum, 1993).
    Diketahui bahwa pada saat temperatur maksimal diperoleh, maka kelembapan relatif justru menjadi minimum. Negara-negara tropis memiliki temperatur ambien yang relatif tinggi, begitu pun kelembapan relatif dan curah hujannya (Ndukwu, dalam Ajadi dan Sunusi, 2013). Kekeringan udara berhubungan dengan kelembapan, di mana semakin rendah kelembapan udara suatu ruangan, maka semakin kering pula udaranya (Ajadi, dkk., 2013).
    Suhu dan kelembapan relatif (RH) adalah variabel penting dalam budidaya tanaman di rumah kaca (Zaida, dkk., 2017). Kelembapan ideal tergantung pada jenis tanaman yang ditanam. Tanaman dari iklim tropis akan membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi daripada tanaman yang berasal dari daerah kering. Transpirasi merupakan proses di mana air dalam permukaan tanah dipompa ke permukaan oleh perakaran tanaman untuk kemudian diuapkan (Indarto, 2012). Untuk mengatur tingkat transpirasi tanaman, tanaman membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi saat suhu tinggi dan kelembapan rendah saat suhu rendah (Shamsiri, dalam Zaida, dkk., 2017).

II.4 Pengaruh Suhu dan Kelembapan Udara Lingkungan bagi Efektifitas Kerja Manusia
    Semakin tinggi suhu udara, maka semakin tinggi pula pengaruh kelembapan udara terhadap tubuh manusia. Hal tersebut dikarenakan bekerja pada lingkungan yang terlalu panas atau lembap dapat menurunkan kemampuan fisik tubuh dalam bekerja sehingga menyebabkan keletihan terlalu dini. Sedangkan pada lingkungan yang terlalu dingin, fleksibilitas alat-alat motorik tubuh akan mengalami penurunan akibat kekakuan fisik tubuh sebagai efek dari suhu yang terlalu rendah (Purnomo, dalam Nainggolan, dkk., 2013).
    Pemantauan suhu dan kelembapan udara mempunyai peranan yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Contohnya dalam bidang industri pangan maupun pertanian di mana pemantauan suhu dan kelembapan udara dilakukan agar mutu suatu produksi maupun sistem pertanian tetap terjaga (Waluyaningsih, dalam Dana, dkk., 2017). Salah satu sensor yang dapat membaca temperatur dan kelembapan relatif adalah modul sensor SHT11 (Nainggolan dan Meqorry, 2013). Pemanfaatan SHT11 sebagai sensor untuk mendeteksi temperatur dan kelembapan relatif telah banyak digunakan (Azmi dan Setyawan, dalam Nainggolan, dkk., 2013).
    Menurut Napitupulu (2014), suhu dan kelembapan udara dalam ruangan merupakan salah satu dari empat syarat kesehatan dan kenyamatan suatu ruangan. Pengaturan kedua hal tersebut sangat diperlukan untuk memperoleh kondisi yang sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Temperatur udara dan kelembapan ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan karena tanpa kedua faktor tersebut, ruangan akan menjadi terasa pengap disertai kelembapan yang tinggi.
    Untuk mengatur suhu udara dan kelembapan ruangan, sangat perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dengan udara yang keluar, pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak, serta menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan. Menurut Yayasan LPMB PU, suhu optimal yang dibutuhkan agar dapat beraktifitas dengan baik adalah 22,8 °C - 25,8 °C dengan kelembapan 70%. Angka ini berada di bawah kondisi suhu udara di Indonesia yang dapat mencapai angka 35 °C dengan kelembapan 80%.

    Kelembapan timbul karena adanya proses penguapan. Air mengalami penguapan ke udara karena adanya faktor-faktor tertentu. Sehingga kelembapan dapat dinyatakan sebagai konsentrasi uap air yang terdapat di udara atau di atmosfer. Terdapat dua jenis kelembapan, yakni kelembapan mutlak dan kelembapan relatif. Kelembapan mutlak atau disebut juga kelembapan absolut, merupakan perbandingan massa uap air dalam udara dalam satuan volume. Sementara kelembapan relatif disebut juga kelembapan nisbi, yakni perbandingan antara tekanan uap air yang sebenarnya dengan keadaan jenuh.
    Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kelembapan, antara lain suhu, kadar air, penyinaran, angin dan tekanan udara. Suhu merupakan faktor terpenting yang memengaruhi kelembapan udara. Semakin tinggi suhu, maka semakin banyak pula jumlah uap air yang dihasilkan. Suhu dan kelembapan merupakan dua unsur yang bekerja bersama.
    Suhu dan kelembapan memiliki pengaruh yang besar bagi efektifitas kerja manusia. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan fisik manusia bekerja lebih keras sehingga dapat menyebabkan laju detak jantung menjadi lebih cepat. Karena hal tersebut, manusia pun akan menjadi lebih cepat letih. Suhu kelembapan merupakan salah satu unsur penting yang perlu diperhatikan demi mendapatkan lingkungan kerja yang nyaman atau kondusif. Sehingga sangat diperlukan pemantauan suhu dan kelembapan udara agar tetap optimal. Itu karena studi menunjukkan bahwa suhu optimal yang diperlukan untuk mendapatkan efektifitas kerja adalah 22,5 °C hingga 28,5 °C dengan kelembapan berkisar 70%. Angka tersebut sebenarnya sangatlah jauh dengan angka suhu dan kelembapan di Indonesia, yakni 35 °C dengan kelembapan 80%.

DAFTAR PUSTAKA


Ajadi dan Sunusi, 2013. Effect of Relative Humidity on Oven Temperature of Locally Design Solar Carbinet Dryer. Global Journal of Science Frontier Research Physics and Space Science. 13(1):12-17.

Asdak, C., 2005. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Dana, S., Rochani, James, J.M., 2017. Rancang Bangun Alat Pemantau Suhu dan Kelembapan Udara yang Berbasiskan Wireless. Jurnal Ilmiah FLASH. 3(1):52-57.

Fadholi, A., 2013. Pemanfaatan Suhu Udara dan Kelembapan Udara dalam Persamaan Regresi untuk Simulasi Prediksi Total Hujan  Bulanan di Pangkalpinang. Jurnal Cauchy. 3(1):1-9.

Indarto, 2012. Hidrologi: Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Nainggolan, H. dan Meqorry, Y., 2013. Rancang Bangun Sistem Kendali Temperatur dan Kelembapan Relatif pada Ruangan dengan Menggunakan Motor Dc Berbasis Mikrokontroler Atmega8535. Jurnal Fisika Unand. 2(3):140-147.

Michael, P., 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI-Press. Jakarta.

Napitupulu, S.S., 2014. Pengaruh Orientasi Bangunan dan Kecepatan Angin Terhadap Bentuk dan Dimensi Filter pada Fasad Bangunan Rumah Susun. E-Journal Graduate Unpar, Part D – Architecture. 1(2):75-89.

Odum, E.P., 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soemarto, 1993. Hidrologi Teknik Edisi 2. Erlangga. Jakarta

Zaida, Irfan, A. dan Muhammad, A.R., 2017. Rancang Bangun Alat Pengendali Suhu dan Kelembapan Relatif pada Rumah Kaca dengan Informasi Berbasis Web. Jurnal Teknotan. 11(1):10-21.



Paragraf yang tidak memiliki rujukan, mengikuti rujukan paragraf sebelumnya. Kecuali beberapa paragraf terakhir yang merupakan rangkuman.

Tidak untuk disalin! 
Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)

0 Comment:

Post a Comment

/>