Daftar Isi
TUJUAN PRAKTIKUM
- Mampu memilih bahan yang baik untuk perbanyakan vegetatif alami.
- Mampu melakukan penanaman umbi, rhizoma, stolon, dan lain-lain dengan baik.
DASAR TEORI
Secara umum, perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif biasa disebut dengan perbanyakan secara kawin atau seksual. Artinya, tanaman diperbanyak melalui benih atau biji yang merupakan hasil perkawinan atau penyatuan sel jantan dan sel betina dari tanaman induk (Gunawan, 2016). Sementara itu, menurut Rokhman et al. (2012), dalam Dewi (2013), perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan perbanyakan tanaman menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, umbi, dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang sesuai dengan induknya. Perbanyakan ini dilakukan tanpa melalui proses perkawinan dan tidak melalui biji dari induknya. Pada prinsipnya adalah merangsang tunas adventif untuk menghasilkan tanaman yang sempurna.
Keuntungan
perbanyakan tanaman secara vegetatif antara lain keturunan yang didapat
mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya, tidak memerlukan peralatan
khusus, alat dan teknik yang tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam skala
besar, produksi tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa
dibuat secara kontinu dengan mudah sehingga dapat diperoleh tanaman dalam
jumlah yang cukup banyak, serta umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi
dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji (Pudjiono, 1996, dalam
Adinugraha et al., 2007). Menurut
Khan (1994), dalam Adinugraha et al
(2007), pembibitan secara vegetatif sangat berguna untuk program pemuliaan
tanaman yaitu untuk pengembangan bank klon (konservasi genetik), kebun benih
klon, perbanyakan tanaman yang penting hasil persilangan terkendali, misalnya
hibrid atau hibrid steril yang tidak dapat bereproduksi secara seksual dan
perbanyakan massal tanaman terseleksi.
Perbanyakan vegetatif
pada tanaman dapat terjadi secara alami maupun dengan hasil campur tangan
manusia. Dengan demikian, menurut prosesnya perbanyakan vegetatif dibagi
menjadi 3, yakni vegetatif alamiah, vegetatif buatan, dan gabungan
vegetatif-generatif (Gunawan, 2016). Vegetatif alami dilakukan tanpa adanya
campur tangan manusia, sehingga terjadi secara alamiah. Biasanya proses
perbanyakan jenis ini terjadi melalui tunas, umbi, dan geragih (stolon) (Dewi,
2013).
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum ini meliputi pisau, sekop tanam, dan ember. Adapun
bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi umbi lapis (bawang
merah Allium ascalonium, bawang putih
Allium sativum), rhizoma (jahe Zingiber officinale, lengkuas Alpinia galanga, kunyit Curcuma longa, tasbih Canna indica), stolon (stroberi Fragaria sp.), umbi batang (kentang Solanum tuberosum), serai Cymbopogon citratus, air, dan media.
B. Prosedur Kerja
- Dipilih beberapa siung bawang yang baik, sebagian dipotong sedikit ujungnya sedangkan sebagian dibiarkan utuh, ditanam pada ember berisi media yang gembur.
- Dipilih rhizoma jahe, lengkuas, kunyit, dan tasbih yang baik dan ditanam pada ember berisi media.
- Dipilih stolon stroberi yang baik dan ditanam pada ember berisi media.
- Dipih umbi kentang yang baik dan ditanam pada ember berisi media.
- Dipilih batang serai yang baik dan ditaaman pada ember berisi media.
- Dilakukan pemeliharaan dan diamati pertumbuhannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbanyakan
tanaman secara vegetatif adalah cara perbanyakan tanaman dengan menanam bagian
vegetatif sehingga tumbuh membentuk individu baru. Perbanyakan vegetatif alami
dilakukan dengan menanam umbi lapis (bawang merah dan bawang putih), umbi
batang (kentang), rhizoma (jahe, lengkuas, kunyit, dan tasbih), dan stolon
(stroberi). Berdasarkan pengamatan terakhir, bahan yang berhasil tumbuh
meliputi bawang merah, bawang putih, serai, dan bunga tasbih. Pada bawang merah
dan bawang putih terdapat 2 jenis perlakuan, yakni sebagian siung umbi dipotong
sedikit ujungnya dan sebagian ditanam utuh. Umbi yang dipotong ujungnya lebih
cepat bertunas dibandingkan dengan yang tanpa dipotong. Hasil ini didukung oleh
Hamid (2016) di mana pemotongan umbi merupakan suatu perlakuan untuk
memengaruhi fase vegetatif dan fase reproduktif tanaman dengan menghilangkan
dormansi apikal sehingga dapat memacu pertumbuhan tunas. Adapun pada kentang,
umbi mengalami busuk. Pembusukan ini dipicu oleh tergenangnya media oleh air
hujan. Berdasarkan pengamatan terakhir, selain bahan-bahan tersebut, yakni
jahe, lengkuas, kunyit, dan stroberi belum tampak tanda-tanda pertumbuhan.
Adinugraha, H.A., Pudjono, S., &
Herawan, T., 2007. Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia mangium. INFO TEKNIS, 5(2),
pp.1-6.
Dewi, H., 2013. Pengaruh Air Kelapa
terhadap Pertumbuhan Jeruk Besar (Citrus
maxima (Burm) Merr.) Kultivar Cikoneng secara In Vitro. Skripsi. UIN Sunan Gunung Djati,
Bandung.
Gunawan, E., 2016. Perbanyakan Tanaman. PT. Agromedia
Pustaka, Jakarta Selatan.
Hamid, I., 2016. Pertumbuhan dan
Produksi Bawang Merah (Allium ascalonium
L.) pada Perlakuan Pemotongan Umbi dan Berbagai Takaran Bokashi Pupuk Kandang
Ayam di Desa Waefusi Kecamatan Namrole Kab. Buru Selatan. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan, 9(2), pp.87-97.
Tidak untuk disalin!
Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)
0 Comment:
Post a Comment