Laporan Praktikum Ekologi Umum: Metode Sampling Populasi Hewan Bergerak

BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
    Populasi merupakan sekelompok individu sejenis yang hidup di daerah yang sama dan pada waktu yang sama pula. Individu-individu dalam suatu populasi saling melakukan interaksi satu sama lain dikarenakan adanya kebutuhan sumber daya alam dan faktor lingkungan yang sama. Tiap populasi memiliki batasan dan ukuran yang spesifik, yakni jumlah individu yang hidup dalam perbatasan tersebut. Oleh karena itu, para ahli ekologi biasanya akan menentukan perbatasan yang sesuai untuk organisme yang tengah diteliti dan pertanyaan yang diajukan dalam penelitiannya (Campbell, dkk., 2008).
    Untuk mengetahui karakteristik populasi, maka dilakukan pengambilan sampel. Supranto (2007) mengungkapkan bahwa salah satu syarat sampel yang baik adalah sampel yang memiliki presisi yang tinggi. Memiliki presisi di sini artinya memiliki kedekatan estimasi sampel dengan karakteristik populasi. Artinya, sampel yang didapatkan dapat menjelaskan karakter suatu populasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau tidak menyimpang pada kenyataan yang ada. Nilai presisi dapat diketahui melalui rumus perbandingan nilai variasi sampel dengan nilai variansi populasi (Wijayanti, dkk., 2013).
    Dari penjabaran di atas, maka diketahui bahwa teknik sampling merupakan hal yang esensial dalam mempelajari suatu populasi sehingga perlu dilakukan sebuah praktikum untuk mengetahui densitas dari suatu areal populasi dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson dan metode Zippin.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
  1. Untuk menduga jumlah anggota dari suatu populasi dari suatu areal dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson dan metode Zippin.
  2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan menganalisis data parameter yang dikumpulkan dengan menggunakan statistik ekologi secara tepat dan teliti.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
    Adapun percobaan ini dilaksanakan pada hari ----------------- pukul 14.00 WITA hingga selesai bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Umum
    Populasi merupakan sekelompok individu sejenis yang hidup saling berinteraksi dalam suatu habitat dan waktu yang sama. Populasi bersifat dinamis, artinya jumlah populasi terus menerus mengalami perubahan. Maka sebagai upaya pelestarian makhluk hidup, dibutuhkan informasi mengenai jumlah populasi untuk mengetahui keragaman dan kelimpahan makhluk hidup. Untuk itu, dikembangkan suatu metode dalam upaya mengestimasi jumlah anggota populasi hewan dalam suatu areal dengan melibatkan fokus sampel (Savitri, dkk., 2016).
    Adapun metode sampling terbagi atas 2 jenis, yaitu sampling non-probabilitas dan sampling probabilitas. Paparan kedua jenis metode sampling tersebut adalah sebagai berikut (Etikan dan Kabiru, 2017).
  1. Sampling Non-Probabilitas, ialah sebuah prosedur sampling yang tidak berdasarkan pada berbagai opini probabilitas yang mengatakan bahwa elemen-elemen yang ada di alam semesta dapat dijadikan sebagai objek studi sampel. Metode-metode yang termasuk dalam tipe ini adalah quota sampling, accidental sampling, judmental sampling atau purposive sampling, expert sampling dan lain-lain.
  2. Sampling Probabilitas, atau disebut juga sampling acak, ialah sebuah prosedur sampling yang membolehkan setiap hal dari alam semesta untuk dijadikan sebagai sampel. Adapun metode-metode yang termasuk dalam tipe ini adalah systematic random sampling, statified types of sampling, cluster sampling, multi-stage sampling dan lain sebagainya.
II.2 Densitas dan Dispersi Populasi
    Suatu populasi dapat dideskripsikan berdasarkan pada densitas dan dispersinya. Densitas (density) diartikan sebagai jumlah individu per satuan luas volume. Adapun dispersi (dispersion) dapat diartikan sebagai pola penjarakan antar individu di populasi dalam batasan tertentu (Campbell, dkk., 2008).
    Ukuran dan densitas suatu populasi dapat diketahui dengan menghitung individu dalam perbatasan populasi. Namun, dalam kebanyakan kasus, menghitung semua individu dalam populasi tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat. Oleh karena itu, para ahli ekologi menggunakan berbagai teknik densitas dan ukuran total populasi. Cara lain adalah dengan mengestimasi densitas dari suatu indeks ukuran populasi, misalnya jumlah sarang, liang, jalur atau jejak kotoran (Campbell, dkk., 2008).
    Jika densitas individu suatu spesies dihubungkan dengan fungsi ekosistem (khususnya terhadap sumber makanan), maka dengan densitas yang cenderung rendah, akan memberikan implikasi pada kestabilan ekosistem. Sehingga kestabilan ekosistem dapat ditinjau berdasarkan tingginya keanekearagaman dalam suatu masyarakat hewan. Semakin tinggi keanekaragaman faktor lingkungan, maka akan semakin stabil pula suatu ekosistem, begitu pula sebaliknya (Sulardiono dan Boedi, 2014).
    Untuk dispersi, dapat ditinjau berdasarkan tiga pola dispersi. Pertama adalah pola gerombol (clumped). Pola ini merupakan pola paling umum. Pola ini terbentuk dikarenakan adanya perbedaan faktor lingkungan sehingga individu cenderung mencari daerah yang dinilai mendukung untuk keberlangsungan hidupnya. Pola kedua adalah pola seragam (uniform). Pola ini menunjukkan jarak antar individu yang relatif sama. Hal tersebut disebabkan karena adanya interaksi langsung antara individu-individu dalam populasi. Pola ketiga adalah pola acak (random), di mana penjarakannya tidak dapat diprediksi. Pola ini akan terbentuk apabila tidak ada gaya tarik maupun gaya tolak yang kuat antar individu dalam suatu populasi. Faktor lain adalah terdapatnya faktor fisik maupun kimiawi yang bersifat homogen di seluruh areal (Campbell, dkk., 2008).

II.3 Capture-Recapture
    Ahli statistika telah mengembangkan sebuah metode yang akan digunakan dalam mengestimasi jumlah anggota populasi hewan pada populasi tertutup, yaitu metode Capture Mark Release Recapture (CMRR). Prinsip metode ini meliputi menangkap, menandai, melepaskan dan menangkan kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Nama lain dari metode Capture Mark Release Recapture adalah Capture-Recapture (Savitri, dkk., 2016).
    Ketertarikan terhadap metode capture-recapture terus mengalami perkembangan dalam beberapa tahun terakhir ini. Para ahli terus mengadakan perluasan dan perkembangan aspek metode ini. Tak hanya itu, area pengaplikasiannya pun telah diperluas (Chapman dan Hall, 2018).
    Penerapan teknik capture-recapture dilatarbelakangi oleh ketidakmam-puan ahli ekologi untuk menghitung semua individu dalam sebuah populasi jika organisme-organisme itu bergerak terlalu cepat atau tersembunyi. Teknik metode ini diawali dengan menangkap sampel individu dalam populasi secara acak untuk kemudian dilabeli atau ditandai kemudian dilepaskan kembali. Peneliti akan menangkap individu-individu yang telah dilabeli itu setelah individu-individu tersebut berbaur kembali dengan populasinya. Jumlah hewan bertanda yang tertangkap kembali dalam pengambilan sampel kedua akan dibagi dengan jumlah total individu yang tertangkap kembali (Campbell, dkk., 2008).
    Dari penjabaran di atas, maka rumus Lincoln-Peterson adalah sebagai berikut (Amran, dkk., 2015):
dengan,
N = perkiraan ukuran total populasi
M = jumlah hewan ditangkap dan ditandai pada kunjungan pertama
n = total jumlah hewan yang diambil pada kunjungan kedua
R = jumlah hewan ditangkap pada kunjungan pertama yang kemudian ditangkap kembali pada kunjungan kedua

    Teknik capture-recapture terdiri atas tiga metode, yakni metode Lincoln-Peterson, metode Schnabel, dan metode Schumacher-Eschmeyer. Dari ketiga metode tersebut, metode Licoln-Peterson merupakan metode yang pengaplikasiannya paling sederhana sehingga banyak digunakan dalam banyak kegiatan penelitian. Metode ini dilakukan hanya dengan satu kali penandaan (marking) dan satu kali penangkapan ulang (recapture). Akan tetapi, estimasi yang diperoleh dari aplikasi metode ini dinilai kurang tepat sehingga muncullah metode baru sebagai bentuk pengatasian kekurangan tersebut. Metode tersebut adalah metode Schnabel. Metode Schnabel merupakan metode estimasi jumlah anggota populasi dalam teknik capture-recapture di mana pengambilan sampel dan penandaan sampelnya dilakukan lebih dari dua kali (Savitri, dkk., 2016).

DAFTAR PUSTAKA


Amran, I. Ahmad, R.E. Putra dan E. Kuswonto, 2015. Aplikasi Campuran Serbuk Kayu Pinus dan Fipronil Sebagai Umpan Rayap Tanah Macrotermes gilvus (Hagen) (Isoptera: Termitidae) di Bandung. Jurnal Entomologi Indonesia. 12(2):73-79.

Chapman dan Hall, 2018. Capture-Recapture Methods for the Social and Medical Sciences. Florida: CRC Press.

Etikan, I. dan K. Bala, 2017. Analisis Densitas Teripang (Holothurians) Berdasarkan Jenis Tutupan Karang di Perairan Karimun Jawa, Jawa Tengah. Jurnal Saintek Perikanan. 10(1):7-12.

Savitri, G., D. Dasari dan F. Agustina, 2016. Penerapan Metode Schnabel dalam Mengestimasi Jumlah Anggota Populasi Tertutup (Studi Kasus Perhitungan Populasi Ikan Mola-Mola). Jurnal Eurekamatika. 4(1):1-3.

Sulardiono, B. dan B. Hendrarto, 2014. Analisis Densitas Teripang (Holothurians) Berdasarkan Jenis Tutupan Karang di Perairan Karimun Jawa, Jawa Tengah. Jurnal Saintek Perikanan. 10(1):7-12.

Wijayanti, P.S., D. Ispriyanti dan T. Wuryandari, 2013. Pengambilan Sampel Berdasarkan Peringkat pada Analisis Regresi Linier Sederhana. Jurnal Gaussian. 2(3):209-218.



Paragraf yang tidak memiliki rujukan, mengikuti rujukan paragraf sebelumnya. Kecuali beberapa paragraf terakhir yang merupakan rangkuman.

Tidak untuk disalin! 
Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)

0 Comment:

Post a Comment

/>