BAB 1PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Vegetasi adalah kumpulan dari berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada satu habitat di mana di antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang sangat erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Maka, vegetasi tidak hanya sekadar kumpulan dari individu-individu tumbuhan, melainkan vegetasi tersebut membentuk suatu kesatuan yang saling bergantungan satu sama lain. Hal tersebutlah yang disebut sebagai suatu komunitas vegetasi (Bakri, dalam Cahyanto, dkk., 2014).
Analisis vegetasi merupakan suatu cara yang dilakukan dalam mempelajari susunan atau komposisi, jenis dan bentuk atau struktur vegetasi, untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari. Hasil dari analisis vegetasi tersebut kemudian akan disajikan secara deskriptif mengenai komposisi spesies dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan antarspesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies organisme. Hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif suatu spesies yang dapat memengaruhi fungsi suatu komunitas (Soegianto, dalam Indriyanto, 2006).
Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah praktikum untuk mengetahui bagaimana menentukan metode sampling yang tepat dalam analisis komunitas tumbuhan di ekosistem terestrial.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui kepadatan, frekuensi, dan dominansi dari spesies penyusun suatu komunitas dengan menggunakan petak tunggal, petak ganda, line transect, dan belt transect.
- Melatih kemampuan mahaiswa dalam mengoperasikan alat, merancang percobaan dan menganalisis data statistik dari parameter yang terukur secara tepat dan teliti.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Adapun percobaan ini dilaksanakan pada hari --------------- pukul 14.00 WITA hingga selesai bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Vegetasi
Alam sebagai tempat bernaungnya seluruh makhluk membentuk suatu kesatuan habitat yang alami. Di alam, seluruh makhluk masing-masing berada dalam komunitasnya dan saling berinteraksi satu sama lain (Maridi, dkk., 2015). Variasi keanekaragaman spesies di bawah gradien lingkungan merupakan topik penyelidikan ekologi utama dan dijelaskan sebagai interaksi antara beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi iklim, produktivitas, interaksi biotik, heterogenitas habitat, dan sejarah. Penutupan tumbuhan (plant cover) dalam suatu kawasan yang terdiri dari beberapa komunitas tumbuhan membentuk vegetasi (Parejiya, et al., dalam Maridi, dkk., 2015). Vegetasi merupakan kumpulan dari berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada satu habitat di mana di antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang sangat erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut sehingga dapat membentuk suatu kesatuan (Bakri, dalam Cahyanto, dkk., 2014).
Kehidupan di bumi bergantung pada berbagai komponen dari keanekaragaman biologis. Keanekaragaman hayati memelihara fungsi penting ekosistem termasuk produksi primer dan dekomposisi (Brilliat, dkk., 2012). Lingkungan merupakan himpunan beberapa faktor alam yang berbeda termasuk substansi air dan tanah, kondisi (suhu dan cahaya), angin, organisme dan waktu. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan penyebaran, pertumbuhan populasi suatu organisme. Tiap jenis organisme hanya dapat hidup pada kondisi abiotik tertentu yang berada dalam kisaran toleransi yang sesuai dengan organisme tersebut (Suin, dalam Samin, dkk., 2016). Nilai indeks keanekaragaman rendah menunjukkan bahwa terdapat tekanan ekologi baik dari faktor biotik (persaingan antar individu tumbuhan) atau faktor abiotik. Keanekaragaman rendah biasanya terdapat pada komunitas yang ada di daerah dengan lingkungan yang ekstrim seperti daerah kering (Resosoedarmo, dkk., dalam Samin, dkk., 2016).
Adapun peranan vegetasi adalah sebagai berikut (Irwan, 2010):
- Vegetasi merupakan perubah terbesar dari lingkungan karena memiliki fungsi sebagai perlindungan guna mengurangi radiasi matahari dan mengendalikan temperatur. Melalui proses transpirasi pun dapat mengalirkan air dari tanah ke udara.
- Vegetasi sebagai pengikat energi untuk seluruh ekosistem. Vegetasi merupakan satu-satunya yang dapat memanfaatkan energi surya secara langsung untuk mengubah energi yang tak dibutuhkan oleh makhluk hidup lain menjadi energi yang menjadi dasar kehidupan makhluk hidup, yakni melalui proses fotosintesis. Semua organisme sangat bergantung pada energi yang dihasilkannya.
- Vegetasi sebagai sumber hara mineral. Kehidupan memerlukan karbon, hidrogen, oksigen, kalsium, dan lain sebagainya. Semua unsur tersebut berada di dalam tanah dan di atmosfer. Hewan dan manusia tidak memiliki kemampuan untuk mengikat maupun menguraikan ion-ion mineral dari dalam tanah sementara tumbuhan memiliki kemampuan itu. Selain itu, peredaran atau siklus karbon dan oksigen di alam sangat dipengaruhi oleh proses fotosintesis dan respirasi tanaman.
Struktur dan komposisi suatu vegetasi dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi. Sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan (Arrijani dkk., dalam Cahyanto, dkk., 2011). Rahmasari dalam Cahyanto, dkk. (2014) menyatakan bahwa komposisi jenis merupakan salah satu nilai yang digunakan untuk mengetahui proses suksesi yang sedang berlangsung pada suatu komunitas yang telah terganggu.
II.2 Metode Analisis Vegetasi
Dalam suatu analisis vegetasi, terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan, di antaranya adalah sebagai berikut (Indriyanto, 2006):
1. Metode Petak, yakni prosedur yang paling umum digunakan untuk pengambilan contoh berbagai tipe oraganisme termasuk komunitas tumbuhan. Di samping itu, untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan dapat digunakan petak tunggal atau petak ganda.
a. Petak TunggalDi dalam metode petak tunggal, hanya dibuat satu petak contoh ukuran tertentu yang mewakili suatu tagakan hutan atau suatu komunitas tumbuhan. Pada metode ini tidak perlu dihitung frekuensi dan frekuensi relatif karena hanya ada satu petak contoh dalam analisis vegetasinya.b. Petak GandaPengambilan contoh vegetasi pada metode ini dilakukan dengan mengunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata pada areal yang dipelajari, dan peletakan petak contoh ini dilakukan secara sistematik. Ukuran tiap petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan bentuk tumbuhannya.
2. Metode Jalur, yakni metode yang paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah, topografi dan elevasi. Jalur contoh dibuat memotong kontur dan sejajar satu dengan lainnya.
3. Metode Garis Berpetak, yakni metode yang dianggap sebagai modifikasi dari metode petak ganda atau metode jalur, yaitu dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur, sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama.
4. Metode Kombinasi, yakni kombinasi antara metode jalur dan garis berpetak. Di dalam metode tersebut, risalah pohon dilakukan dengan metode jalur, yaitu pada jalur-jalur yang lebarnya 20 m, sedangkan untuk fase pemudaan (fase poles, sampling, dan seedling), serta tumbuhan bawah digunakan metode garis berpetak.
5. Metode Kuadran, yakni metode yang umumnya digunakan untuk pengambilan contoh vegetasi tumbuhan jika hanya vegetasi fase pohon yang menjadi objek kajian penelitian. Metode ini mudah dikerjakan, dan lebih cepat jika digunakan untuk mengetahui komposisi jenis, tingkat dominansi dan menaksir volume pohon.
Setelah dilakukan observasi, maka dilakukan analisis data. Analisis data digunakan untuk mengetahui kontribusi masing-masing spesies dalam area yang diteliti. Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan Indeks Nilai Penting (INP). INP diperoleh dari penggabungan nilai relatif dari parameter ekologi yang diukur yaitu densitas dan frekuensi (Maridi, dkk., 2015).
Ekosistem alam membentuk suatu habitat alami bagi seluruh makhluk hidup. Makhluk hidup tersebut akan terbagi dalam berbagai komunitas untuk kemudian melakukan interaksi di dalam komunitas tersebut. Vegetasi merupakan faktor penting yang mendukung suatu habitat. Adapun pengertian vegetasi adalah kumpulan berbagai jenis tumbuhan yang hidup pada suatu habitat dan melakukan interaksi timbal balik dengan makhluk hidup lainnya yang hidup di habitat tersebut.
Vegetasi memegang berbagai peranan penting bagi keberlangsungkan hidup seluruh makhluk hidup. Pertama, vegetasi adalah sebagai pengendali keadaan lingkungan agar layak untuk ditempati. Kedua, vegetasi adalah sebagai pengubah energi yang tak dibutuhkan tubuh menjadi energi kehidupan, yakni oksigen. Ketiga, vegetasi adalah sebagai pengolah berbagai sumber hara mineral yang ada di tanah maupun di atmosfer. Namun, struktur dan komposisi suatu vegetasi pada suatu habitat sebenarnya bergantung pada interaksi berbagai faktor lngkungan di habitat tersebut. Hal tersebutlah yang mendasari adanya interdependensi makhluk hidup.
Metode analisis vegetasi dilakukan sebagai bentuk pengendalian lingkungan. Adapun metode analisis vegetasi dapat dilakukan melalui berbagai metode, antara lain metode petak (petak tunggal dan petak ganda), metode jalur, metode garis berpetak, metode kombinasi dan metode kuadran. Metode-metode yang telah disebutkan belum mencakup seluruh metode yang ada. Setelah dilakukannya observasi melalui salah satu metode yang telah disebutkan, maka dilakukanlah analisis data. Analisis data dilakukan demi mengetahui bagaimana kontri masing-masing spesies dalam lingkup wilayah yang telah diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Brilliant, R., V.M. Varghese, J. Paul dan A.P. Pradeepkumar, 2012. Vegetation Analysis of Montane forest of
Western Ghats with Special Emphasis on RET Species. International Journal of Biodiversity and Conservation. 4(15):652-664.
Cahyanto, T., D. Chairunnisa dan T. Sudwarjo, 2014. Analisis Vegetasi Pohon Hutan Alam Gunung Manglayang Kabupaten Bandung.
Jurnal Kehutanan. 8(2):145-161.
Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Irwan, Z.D., 2010. Prinsip-Prinsip
Ekologi: Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Maridi, A. Saputra dan P. Agustina, 2015. Analisis Struktur Vegetasi di Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali. Jurnal
Bioedukasi. 8(1):28-42.
Samin, A.N., Chairul dan E. Mukhtar, 2016. Analisis Vegetasi Tumbuhan Pantai pada
Kawasan Wisata Pasir Jambak, Kota Padang. Jurnal Biocelebes. 10(2):32-42.
Paragraf yang tidak memiliki rujukan, mengikuti rujukan paragraf sebelumnya. Kecuali beberapa paragraf terakhir yang merupakan rangkuman.
Tidak untuk disalin!
Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)
0 Comment:
Post a Comment