Daftar Isi
TUJUAN PRAKTIKUM
- Mampu menyiapkan bahan stek yang baik.
- Mampu membuat stek.
- Mampu melakukan penanaman stek dengan baik.
DASAR TEORI
Perbanyakan
tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan
tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami
penyerbukan alami dengan bantuan angin atau serangga. Jika hanya
dikembangbiakkan melalui perbanyakan secara generatif, maka tumbuhan yang
diharapkan akan lama berbuah dan tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar yang
semakin lama semakin meningkat jumlah permintaannnya. Alternatif yang dilakukan
oleh petani adalah dengan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif (Dewi,
2013).
Stek
merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan. Stek
adalah suatu perlakuan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian dari tanaman,
seperti daun, tunas, batang, dan akar, agar bagian-bagian tersebut membentuk
akar atau tanaman baru. Perbanyakan dengan stek bertujuan untuk menanggulangi
tanaman-tanaman yang tidak mungkin diperbanyak dengan biji, memudahkan dan
mempercepat pembiakan tanaman, serta mempertahan klon unggul (Rukmana, 2000).
Perbanyakan
dengan cara stek memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut (Rukmana, 2000):
- Dapat menghasilkan tanaman yang sempurna, yakni memiliki akar, batang, dan daun dalam waktu yang relatif singkat.
- Bersifat serupa dengan induknya.
- Dapat menghasilkan jumlah bibit yang lebih banyak dan seragam.
Di samping itu, terdapat pula beberapa kelemahan dari
metode stek, antara lain tanaman hasil perbanyakan cara stek tidak memiliki
akar tunggang sehingga kurang kuat pengakarannya (Hariyadi dan Anindito, 2017).
Menurut Pradani et al. (2018),
kelemahan dari metode ini yaitu pertumbuhan akar yang berbeda untuk
masing-masing bagian cabang. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kandungan
karbohidrat dan auksin pada tiap bagian cabang. Dalam perbanyakan secara
vegetatif, terbentuknya akar dan tunas mengindikasikan keberhasilan penyetekan
(Sulistiana, 2013). Kemampuan stek untuk membentuk akar dan tunas bervariasi
pada setiap tanaman dan hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi fisiologis bahan
stek (stock plant) terutama umur
bahan stek, jenis bahan stek, dan bagian batang yang dijadikan stek di mana hal
ini akan menentukan kandungan karbohidrat dan nitrogen (ratio C/N) (Weaver,
1972, dalam Siregar, 2017). Ketersediaan karbohidrat sangat menentukan dalam
proses pertumbuhan tunas dan akar pada stek. Dengan adanya karbohidrat dan
auksin pada tunas serta dukungan suhu yang tinggi, maka hal tersebut akan
merangsang pertumbuhan akar (Abidin, 1985, dalam Pradana et al., 2018).
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi
pisau, ember, sekop taman, dan wadah. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan
meliputi batang ubi kayu Manihot
utilissima, batang ubi jalar Ipomoea
batatas, daun cocor bebek Kalanchoe
pinnata, daun lidah mertua Dracaena
trifasciata, daun begonia Begonia
sp., bawang merah yang telah dihaluskan, air, dan media tanam.
B. Prosedur Kerja
- Dipilih induk yang dikehendaki untuk sumber pengambilan stek.
- Dipilih cabang dan daun yang sehat serta tidak terlalu tua maupun muda.
- Daun lidah mertua dipotong sepanjang ±20 cm. Pangkal daun lidah mertua dan begonia terpilih dipotong dengan arah serong sedangkan daun cocor bebek dipotong dengan arah lurus melintang.
- Pangkal stek daun direndam dalam bawang merah yang telah dihaluskan.
- Pangkal cabang/batang ubi kayu dan ubi jalar dipotong dengan arah potong serong.
- Media tanam dalam ember digemburkan menggunakan sekop taman.
- Stek ditanam pada media dalam ember.
- Dilakukan pemeliharaan tanaman dan diamati pertumbuhannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif
adalah melalui metode stek. Dalam praktikum, dilakukan metode stek batang dan
daun. Stek batang berasal dari batang ubi kayu dan ubi jalar sedangkan stek
daun berasal dari tanaman lidah mertua, cocor bebek, dan begonia. Sebelum
ditanam pada media, bahan stek daun terlebih dahulu dicelupkan ke dalam bawang
merah yang telah dihaluskan sebagai ZPT (Zat Pengatur Alami) alami yang dapat
merangsang pertumbuhan akar. Menurut Dule dan Murdaningsih (2017), menggunakan
ekstrak bawang merah dalam stek bertujuan untuk merangsang akar stek. Hal ini
dikarenakan kandungan auksin pada ekstrak bawang merah memiliki peran dalam
pembentukan akar.
Langkah selanjutnya, bahan stek ditanam pada media
dalam ember dan dipelihara sambil diamati pertumbuhannya. Hasil praktik stek
batang menunjukkan munculnya tunas-tunas kecil melalui mata tunas yang
mengindikasikan terjadinya pertumbuhan. Pertumbuhan tunas ini menandakan telah
terbentuknya akar sehingga tanaman dapat memperoleh nutrisi untuk pembentukan
organnya. Sementara itu, praktik stek daun pada cocor bebek dan begonia tidak menunjukkan
terjadinya pertumbuhan, melainkan mengalami pembusukan atau layu. Pada cocor
beber, pembusukan diduga terjadi akibat infeksi jamur, ditandai oleh munculnya
bercak-bercak putih pada stek. Menurut Jinus et al. (2012), penyiraman setiap hari dapat menyebabkan kondisi
media terlalu lembab sehingga mendorong pertumbuhan jamur pada stek. Disebutkan
oleh Hadisutrisno (2005), dalam Jinus et
al. (2012), bahwa kegagalan pertumbuhan dengan persentase sebesar 50-100%
pada stek disebabkan oleh jamur, yakni Fusarium
oxysporum. Adapun pada begonia, diduga layu disebabkan oleh kelembapan yang
terlalu sehingga menyebabkan transpirasi berlebih. Sementara itu, pada lidah
mertua, hasil stek belum tampak. Hal ini dapat dikarenakan proses terbentuknya
akar stek daun memiliki laju pertumbuhan yang lebih lambat.
Dewi, H., 2013. Pengaruh Air Kelapa terhadap Pertumbuhan Jeruk Besar (Citrus maxima (Burm.) Merr.) Kultivar
Cikoneng secara In Vitro. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung.
Dule, B. & Murdaningsih, M., 2017. Penggunaan Auksin Alami sebagai Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT) terhadap Pertumbuhan Stek Bibit Jambu Air (Syszygium samarangense). AGRICA, 10(2), pp.52-61.
Hariyadi & Anindito, A.S., 2017. Pengaruh Jenis Bahan Tanam dan
Konsentrasi Rootone-F terhadap Keberhasilan Pertumbuhan Mucuna bracteata DC. Buletin
Agrohorti, 5(2), pp.226-233.
Jinus, J., Prihastanti, E., & Haryanti, S., 2012. Pengaruh Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) Root-Up dan Super-GA terhadap Pertumbuhan Akar Stek Tanaman Jabon
(Anthocephalus cadamba Miq). Jurnal Sains dan Matematika, 20(2),
pp.35-40.
Pradani, I.C., Rianto, H., & Susilowati, Y.E., 2019. Pengaruh Macam Bahan
Stek dan Konsentrasi Filtrat Bawang Merah (Allium
cepa fa. ascalonicum, L.)
terhadap Pertumbuhan Bibit Jambu Air (Syzygium
aqueum, Burm) Varitas Citra. VIGOR: Jurnal
Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika, 4(1),
pp.24-28.
Rukmana R., 2000. Teknik Perbanyakan
Tanaman Hias. Penerbit Kanisius, Jakarta.
Siregar, N. & Djam'an, D.F., 2017. Pengaruh Bagian Tunas terhadap
Pertumbuhan Stek Kranji (Pongamia pinnata,
Merril). Prosiding Seminar Nasional
Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Balai Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan, 3(1), pp.23-27.
Sulistiana, S., 2013. Respon Pertumbuhan Stek Daun Lidah Mertua (Sansevieria parva) pada Pemberian Zat
Pengatur Tumbuh Sintetik (Rootone-F) dan Asal Bahan Stek. Jurnal Matematika Sains dan Teknologi, 14(2), pp.107-118.
Tidak untuk disalin!
Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)
0 Comment:
Post a Comment