Laporan Praktikum Kimia Dasar: Ikatan Kimia

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
    Ketika dua atom ataupun ion saling berhubungan satu sama lain, dapat dikatakan bahwa ada ikatan kimia di antara kedua atom atau ion tersebut. Hal tersebut dikarenakan adanya interaksi antar elektron, di mana terjadi pelepasan atau penerimaan maupun pemakaian bersama elektron. Terdapat tiga jenis utama ikatan kimia, yakni ionik, kovalen dan logam (Goldberg, 2003).
    Struktur yang terbentuk oleh ikatan ion terjadi diakibatkan adanya tarikan antara dua ion yang berbeda. Contohnya adalah air yang terdiri dari molekul H2O di mana kedua unsur yakni oksigen dan hidrogen saling berikatan satu sama lain melalui ikatan-ikatan kovalen, di mana molekul-molekul terbentuk melalui pemakaian elektron-elektron antara atom. Sebuah sendok mengandung logam besi di mana atom Fe saling berhubungan satu sama lain melalui ikatan logam, yakni ikatan yang terbentuk oleh elektron-elektron yang secara relatif bebas bergerak melalui logam (Brown, dkk., 2012).
    Ikatan kimia tersebut terbentuk akibat adanya kecenderungan suatu atom untuk memiliki konfigurasi elektron yang sama seperti gas mulia, yakni unsur-unsur dalam golongan VIIIA yang memiliki elektron valensi adalah 8 (kecuali He yang memiliki elektron valensi 2) sehingga sifatnya adalah stabil yang menyebabkannya menjadi sangat sukar bereaksi (Goldberg, 2003).
    Praktikum ini memperkenalkan apa itu ikatan kimia dan jenis ikatan kimia yang dimiliki oleh senyawa tertentu yang terbentuk dalam larutan.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud
    Maksud dari percobaan adalah menentukan jenis ikatan yang dimiliki oleh senyawa yang direaksikan dan indikator.
1.2.1 Tujuan
    Tujuan dari percobaan adalah membedakan senyawa yang mempunyai ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen serta membedakan reaksi pembentukan kompleks dan bukan kompleks.
1.3 Prinsip
    Prinsip dari percobaan adalah pertama-tama mereaksikan NaCl, CHCl3, CCl4 dengan AgNO3 untuk menentukan ikatan elektrokovalen dan ikatan kovalen, kedua menentukan tingkat keasaman dengan mereaksikan HCl, CH3COOH dan C2H5OH dengan MO, ketiga reaksi pembentukan kompleks dan bukan kompleks dengan cara pengendapan garam hidroksida dengan mereaksikan CuSO4, NH4OH dengan BaCl2 dan K4Fe(CN)6, terakhir mereaksikan K3Fe(CN)6 FeCl3 dengan KCNS kemudian melihat reaksi atau perubahan yang timbul.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikatan Kimia
    Sebagian besar materi yang ditemukan di alam berbentuk senyawa atau campuran seyawa dan hanya sedikit dari senyawa tersebut yang berbentuk unsur bebas. Hukum alam yang berlaku menyatakan bahwa bentuk senyawa yang paling mudah ditemui adalah bentuk senyawa dengan tingkat energi terendah. Karena senyawa lebih sering ditemui daripada unsur bebas, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk gabungan tersebut mempunyai tingkat energi yang lebih rendah. Dan sebaliknya, unsur-unsur yang terjadi secara alami sebagai unsur bebas harus memiliki beberapa sifat yang saling berhubungan satu sama lain dengan tingkat energi yang relatif rendah. Kombinasi kimia menunjukkan kecenderungan atom-atom untuk mencapai konfigurasi elektron terstabil yang paling mungkin (Goldberg, 2013).
    Kapanpun dua atom ataupun ion saling berhubungan satu sama lain, maka dapat dikatakan bahwa terdapat ikatan kimia di antara kedua atom atau ion tersebut. Terdapat tiga jenis utama ikatan kimia, yakni ionik, kovalen, dan logam (Brown, 2012).
2.1.1 Ikatan Ionik
    Ikatan ionik terbentuk dari adanya transfer elektron antara elemen logam dan nonlogam. Ikatan ionik merupakan ikatan yang kuat karena memiliki tarikan elektrostatik (Temel dan Ozgur, 2016). Substansi ionik secara umum merupakan hasil dari interaksi antara logam yang merupakan unsur golongan kiri dari tabel periodik dengan nonlogam di sebelah kanan (kecuali gas mulia, unsur golongan VIIIA). Sebagai contoh, ketika logam sodium (Na) mengalami kontak dengan gas klorin (Cl2), maka akan terjadi reaksi sebagai berikut (Brown, 2012):

Na(s) + ½Cl(g)à NaCl(s) (2.1)

    Formasi dari Na+ dari Na- dan Cl- dari Cl2 menunjukkan bahwa sebuah elektron telah diberikan oleh atom Na kepada atom C. Hal tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi transfer elektrom; energi ionisasi, di mana begitu mudah sebuah elektron dapat berpindah dari sebuah atom. Begitu pun keafinitas elektron, yang mengukur sebanyak apa sebuah atom membutuhkan sebuah elektron. Transfer elektron terjadi ketika salah satu atom melepaskan sebuah atom (afinitas elektronnya rendah) dan atom yang lain menerima sebuah atom (afinitas elektronnya tinggi) (Brown, 2012).
2.1.2 Ikatan Kovalen
    Unsur hidrogen berbentuk molekul diatomik, H2. Karena kedua atom hidrogen tersebut identik, keduanya tidak mempunyai muatan yang berlawanan. Masing-masing atom hidrogen bebas mengandung satu elektron tunggal, dan jika kedua atom tersebut hendak mencapai satu elektron tunggal, dan jika kedua atom tersebut hendak mencapai konfigurasi elekton yang sama dengan atom helium, maka masing-masing atom hidrogen itu memerlukan elektron kedua. Jika dua atom hidrogen berada cukup dekat satu sama lain, kedua elektron dari atom-atom hidrogen itu secara efektif memiliki kedua atom tersebut. Inti atom hidrogen yang bermuatan positif akan tarik menarik dengan pasangan elektron yang digunakan bersama itu, dan secara efektif, terbentuklah sebuah ikatan. Ikatan yang terbentuk dari pemakaian secara bersama sepasang elektron (atau lebih dari satu pasang) antara dua atom disebut senyawa kovalen (Goldberg, 2003).

2.2 Senyawa Kompleks dan Non-Kompleks
    Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari atom pusat dan ligan. Atom pusat bisa berupa logam transisi, alkali atau alkali tanah. Senyawa kompleks terbentuk akibat terjadinya ikatan kovalen koordinasi antara ion logam atom pusat dengan suatu ligan (Lestari, dkk., 2014)
    Ligan adalah spesies yang memiliki satu atom atau lebih yang dapat memberikan sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa Lewis dan ion logam adalah asam Lewis. Ion pusat memberikan orbital dan ligan memberikan pasangan elektron. Walaupun pandangan ini sekarang dianggap tidak memadai, namun pandangan ini sudah cukup untuk mengamati bilangan koordinasi ion pusat dan menggambarkan struktur geometris ion kompleks (Petrucci, 1987).
    Sintesis senyawa kompleks melibatkan reaksiantara larutan yang mengandung molekul atau ion negatif sebagai ligan. Beberapa molekul organik seperti kupferon, 8-hidroksikuinolin(oksin), benzoilaseton dan lain-lain, dapat berfungsi sebagai ligan dalam pembentukan kompleks dengan logam transisi (Ngaitjo dalam Lestari, dkk., 2014). Teori ikatan valensi pada ion kompleks tersebut memiliki beberapa kelemahan, misalnya tidak dapat menjelaskan asal-usul warna khas ion kompleks. Juga tidak dapat menerangkan mengapa [Co(NH36]3+ merupakan kompleks orbital dalam dan [CoF6]3- kompleks orbital luar (Petrucci, 1987).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan
    Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah NaCl, AgNO3, CHCl3, KCNS, CH3COOH, CCl4, C2H5OH, K3Fe(CN)6, HCl, MO (Methyl Orange), BaCl2, K4Fe(CN)6, CuSO4, NH4OH, FeCl3, akuades, dan tisu.
3.2 Alat Percobaan
    Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah tabung reaksi, pipet tetes, dan rak tabung.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pengendapan Garam Nitrat
    Adapun prosedur kerja pengendapan garam nitrat dimulai dengan menyiapkan 3 buah tabung reaksi. Kemudian memasukkan masing-masing 1 mL AgNO3 ke tabung reaksi. Langkah terakhir adalah mengisi tabung (1) dengan NaCl, tabung (2) dengan CCl4­/Alkohol, dan tabung (3) dengan CHCl3, masing-masing sebanyak 1 mL lalu mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi.
3.3.2 Reaksi dengan Indikator Methyl Orange
    Adapun prosedur kerja reaksi dengan indikator MO adalah pertama-tama menyiapkan 3 buah tabung reaksi dan mengisi tabung (1) dengan HCl, tabung (2) dengan CH3COOH dan tabung (3) dengan C2H5OH, masing-masing sebanyak 2,5 mL. Selanjutnya menetesi MO ke setiap tabung reaksi lalu mengamati dan catat perubahan yang terjadi.
3.3.3 Reaksi Pengendapan Garam Hidroksida
A. Dengan Amonia
    Adapun prosedur kerja pengendapan garam hidroksida (dengan amonia) dimulai dengan menyiapkan 2 buah tabung reaksi. Selanjutnya mengisi setiap tabung reaksi dengan 1 mL CuSO4 kemudian menetesi masing-masing tabung dengan amonia sampai tidak terjadi endapan. Kemudian mengisi tabung (1) dengan larutan BaCl2 dan tabung (2) dengan larutan K4Fe(CN)6. Terakhir, mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi.
B. Tanpa Amonia
    Adapun prosedur kerja pengendapan garam hidroksida (tanpa amonia) dimulai dengan menyiapkan 2 buah tabung reaksi dan menetesi masing-masing tabung dengan amonia sampai tidak terjadi endapan. Selanjutnya mengisi tabung (1) dengan larutan BaCl2 dan tabung (2) dengan larutan K4Fe(CN)6. Lalu mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi.
3.3.4 Reaksi dengan KCNS
Adapun prosedur kerja reaksi dengan KCNS dimulai dengan menyiapkan 2 buah tabung reaksi dan mengisi tabung (1) dengan larutan FeCl3 dan tabung (2) dengan larutan K3Fe(CN)6. Selanjutnya mengisi masing-masing tabung dengan 2-3 tetes KCNS lalu mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pengendapan Garam Nitrat
Tabel 1. Pengendapan Garam Nitrat

Larutan

+AgNO3

Keterangan

NaCl

Mengendap

Ikatan Ionik

CCl4

Tidak bereaksi

Ikatan Kovalen

CHCl3

Tidak bereaksi

Ikatan Kovalen


    Pada tabel di atas, diperoleh bahwa hasil pencampuran NaCl dengan AgNO3 merupakan reaksi yang menghasilkan ikatan ionik, di mana terjadi pengendapan. Hal tersebut dikarenakan terjadi reaksi berupa pelepasan dan penerimaan elektron oleh atom. Adapun pada CCl4 dan CHCl3, tidak tejadi reaksi, melainkan hanya peristiwa pemakaian elektron valensi secara bersama sehingga yang terjadi merupakan ikatan kovalen.

4.1.2 Reaksi dengan Indikator Methyl Orange
Tabel 2. Reaksi dengan Indikator Methyl Orange
Larutan
+MO
Keterangan
HCl
Merah
Asam Kuat
CH3COOH
Merah orange
Asam Lemah
CH3CH2OH
Kuning
Asam Lemah
    
    Pada tabel, diperoleh data bahwa hasil HCl + MO mengubah warna HCl dari warna bening menjadi merah, yang mengindikasikan bahwa HCl merupakan asam kuat. Sementara CH3COOH + MO mengubah warna CH3COOH yang semula adalah bening menjadi merah orange, mengindikasikan bahwa CH3COOH merupakan asam lemah. Yang terakhir, CH3CH2OH + MO mengubah warna CH3CH2OH yang semula bening menjadi kuning, mengindikasikan bahwa CH3CH2OH merupakan basa. Ada pun karena perubahan warna yang terjadi menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi merupakan senyawa ionik, dikarenakan terjadi reaksi pelepasan dan penerimaan elektron oleh atom.

4.1.3 Reaksi Pengendapan Garam Hidroksida
Tabel 3. Reaksi Pengendapan Garam Hidroksida

Larutan

Pereaksi

Keterangan

BaCl2

K4Fe(CN)6

BaCl2

K4Fe(CN)6

CuSO4 + NH4OH sedikit

Endapan biru

Endapan cokelat

Ikatan Ionik

Kompleks

CuSO4 + NH4OH berlebih

Endapan biru-putih

Endapan cokelat

Kompleks

Kompleks

CuSO4

Endapan putih

Endapan cokelat tua

Kompleks

Kompleks

    
    Pada tabel, diperoleh bahwa seluruh pencampuran menghasilkan endapan. Terbentuknya endapan menjelaskan bahwa terjadi reaksi kimia. CuSO4 + NH4OH sedikit menghasilkan endapan biru, yang merupakan bentukan ikatan ionik. Selain reaksi tersebut, semuanya merupakan ikatan kompleks atau ikatan kovalen koordinasi, di mana pasangan elektron bebas dari ligan digunakan oleh atom pusat.

4.1.4 Reaksi dengan KCNS
Tabel 4. Reaksi dengan KCNS

Larutan

+KCNS

Keterangan

FeCl3

Merah darah

Kompleks

K3Fe(CN)6

Tidak ada reaksi

Bukan Kompleks


    Pada tabel, diperoleh hasil bahwa FeCl + KCNS menghasilkan warna merah darah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa reaksi tersebut menghasilkan ikatan kompleks. Adapun pada hasil kedua, menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi apapun sehingga termasuk ikatan bukan kompleks. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hasil yang seharusnya dikarenakan K3Fe(CN)6 merupakan senyawa kompleks.

5.5 Reaksi
5.5.1 Pengendapan Garam Nitrat
5.5.2 Reaksi Pengendapan Garam Hidroksida
5.5.3 Reaksi dengan KCNS



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
  1. Ikatan ionik terjadi jika terjadi peristiwa pelepasan dan penerimaan elektron oleh atom, ditunjukkan dengan terjadinya endapan sebagai reaksi dari pencampuran larutan, yakni pada larutan NaCl dan BaCl2.
  2. Ikatan kovalen terjadi jika terjadi peristiwa pemakaian elektron valensi secara bersama oleh atom, ditunjukkan dari tidak terjadinya endapan sebagai hasil reaksi dari pencampuran larutan, yakni pada larutan CCl4 dan CHCl­3.
  3. Ikatan kompleks terjadi jika terjadi peristiwa pemakaian elektron bebas dari ligan oleh atom pusat, ditandai oleh terbentuknya endapan, yakni terjadi pada campuran CuSO4 + NH4OH sedikit dan K4Fe(CN)6, campuran CuSO4 + NH4OH berlebih dan BaCl2 maupun K4Fe(CN)6 serta campuran CuSO4 dan BaCl maupun K4Fe(CN)6.
5.2 Saran
    Dalam melakukan praktikum, sebaiknya dilakukan dengan lebih teliti agar tidak terjadi penyimpangan pada hasil praktikum.

DAFTAR PUSTAKA


Brown, Theodore L., Eugene L., Bruce E. B., Catherine J.M., dan Patrick M.W., 2012, Chemistry the Central Science 12th Edition, Amerika Serikat, Pearson Prentice Hall.

Goldberg, D.E., 2003, Kimia untuk Pemula, Schaum’s Easy Outlines, Jakarta, Erlangga.

Lestari, I., Afrida dan Aulia S., 2014, Sintensis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Logam Kadmium (Ii) dengan Ligan Kufperon, Jambi, Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains16(1):1-8.

Petrucci, R.H., 1987, Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern, Jakarta, Erlangga.

Sudjana, E., Maman, A., dan Yuyu, Y., 2002, Karakterisasi Senyawa Kompleks Logam Transisi Cr, Mn, dan Ag dengan Glisin Melalui Spektroskopi Ultraungu dan Sinar Tampak, Sumedang, Jurnal Bonatura, 4(2): 69-86.

Temel, S. dan Ozgur, O., 2016, The Analysis of Prospective Chemistry Teachers’ Cognitive Structure: The Subject of Covalent and Ionic Bonding, Turki, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 12(8):1953-1969.


Tidak untuk disalin! 
Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)

0 Comment:

Post a Comment

/>