Daftar Isi
TUJUAN PRAKTIKUM
- Mampu melakukan ekstraksi senyawa bioaktif dari daun jeruk nipis Citrus aurantifolia menggunakan metode maserasi.
- Mampu melakukan pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak metanol daun jeruk nipis Citrus aurantifolia terhadap bakteri uji Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
DASAR TEORI
A. Jeruk nipis Citrus aurantifolia
Jeruk nipis Citrus aurantifolia berasal dari familia
Rutaceae yang tumbuh di daerah subtropik maupun tropik, termasuk di Indonesia. C. aurantifolia adalah salah satu
tanaman yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai bumbu
masakan ataupun secara empirik digunakan sebagai obat seperti obat batuk,
meluruhkan dahak, influenza, dan jerawat (Chusniah dan Muhtadi, 2017).
Disebutkan dalam Lestari et al.
(2018), bahwa C. aurantifolia
mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bermanfaat, seperti asam sitrat, asam
amino (triptofan, lisin), minyak atsiri, glikosida, asam sitrun, lemak,
kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin B1, dan vitamin C.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menemukan bahwa C. aurantifolia memiliki efek
bakterisidal karena kandungan kimia seperti minyak atsiri dan fenol. Selain
itu, ditemukan pula efek bakteriostatik yakni bersifat menghambat pertumbuhan
berbagai jenis bakteri.
B. Ekstraksi
Senyawa dari
tumbuhan dapat diperoleh dengan cara ekstraksi yang bertujuan untuk memperoleh
kandungan zat aktif dari suatu bahan alam dengan menggunakan pelarut yang
sesuai. Berbagai teknik ekstraksi telah berkembang mulai dari penggunaan alat
yang sederhana sampai penggunaan alat yang modern. Ekstraksi menggunakan
pelarut terdiri dari cara dingin dan cara dingin. Ekstraksi cara dingin antara
lain maserasi dan perkolasi, sedangkan contoh ekstraksi cara panas antara lain
refluks, soxhletasi, dan dekok (Wijaya et
al., 2018). Metode-metode ekstraksi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Metode dingin
a. Maserasi
Maserasi dilakukan
dengan pengadukan larutan simplisia dan pelarut lalu didiamkan dalam suhu ruang
(Wijaya et al., 2018). Setelah
didapatkan kesetimbangan konsentrasi senyawa, maka dilakukan penyaringan untuk
memisahkan sampel dari pelarut (Mukhriani, 2014). Metode ini digunakan oleh
Priono et al. (2016) untuk
mengekstrak kandungan senyawa antibakteri dari daun kelor dan kirinyuh. Menurut
Mukhriani (2014), kelebihan metode ini adalah dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa
yang bersifat termolabil atau tidak tahan panas. Sedangkan kekurangannya adalah
penggunaan pelarut yang cukup banyak dan besarnya kemungkinan hilangnya
beberapa senyawa akibat proses serta jangka waktu yang lama.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah
proses ekstraksi dengan pergantian pelarut baru secara terus-menerus sehingga
tidak terjadi kejenuhan pelarut. Metode ini menggunakan alat berupa perkolator.
Metode perkolasi membutuhkan waktu yang lebih sedikit dibandingkan pada
maserasi, tetapi menggunakan lebih banyak pelarut serta membutuhkan keahlian
tertentu (Patel et al., 2019).
Rosidah et al. (2017) menggunakan
metode ini untuk mengekstraksi senyawa total fenolik buah labu siam Sechium edule.
2. Metode panas
a. Refluks
Refluks adalah
cara ekstraksi dengan pelarut yang sesuai pada temperatur titik didihnya selama
waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan terhadap
pendingin balik (Rusdi et al., 2018).
Metode ini lebih efisien serta membutuhkan jumlah pelarut yang lebih sedikit (Wijaya
et al., 2018), tetapi senyawa
termolabil dapat terdegradasi (Mukhriani, 2014). Metode refluks digunakan dalam
Rusdi et al. (2018) untuk mengekstrak
senyawa flavonoid pada batang Boehmeria
virgata.
b. Sokletasi
Ekstraksi soklet
merupakan metode ekstraksi komponen secara kontinu dari campuran padat
menggunakan alat khusus, yakni soklet. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit
tetapi menghasilkan produk ekstraksi dalam jumlah besar (Patel et al., 2019). Namun, kelemahan metode
ini adalah tidak dapat digunakan untuk senyawa termolabil (Mukhriani, 2014).
Metode ini digunakan oleh Wijaya et al.
(2018) dalam mengekstrak daun rambai laut Sonneratia
caseolaris dengan bantuan pelarut polar etanol.
c. Dekok
3. Pelarut
Senyawa yang
bersifat nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar, senyawa semipolar akan
larut ke dalam pelarut semipolar, sedangkan senyawa yang bersifat polar akan
larut ke dalam pelarut polar (Harbone, dalam Sayuti, 2017). Oleh karena itu,
terdapat 3 jenis pelarut, yakni pelarut nonpolar, semipolar, dan polar. Contoh
pelarut polar adalah air, etanol, dan metanol. Contoh pelarut semipolar adalah
etil asetat dan diklorometan. Sedangkan contoh pelarut nonpolar adalah
n-heksan, petroleum eter, dan kloroform (Mukhriani, 2014). Sayuti (2017)
membandingkan pengaruh perbedaan jenis pelarut terhadap hasil rendemen dan
aktivitas antioksidan bambu laut Isis
hippuris. Digunakan ketiga jenis pelarut, yakni metanol (polar), etil
asetat (semipolar), dan n-heksan (nonpolar). Hasil menunjukkan keefektifan
metanol adalah yang paling tinggi dibanding kedua jenis pelarut lainnya.
4. Bakteri uji
Bakteri yang dapat
bersifat patogen pada manusia antara lain Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli (Priono
et al., 2016). Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri Gram-positif
berbentuk bulat yang bersifat patogen bagi manusia. Staphylococcus aureus juga dapat menginfeksi jaringan atau alat
tubuh lain yang menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas
seperti nekrosis, peradangan, dan pembentukan abses (Lauma et al., 2015). Selain itu, bakteri ini dapat menghasilkan
enterotoksin yang dapat menyebabkan keracunan makanan dalam jangka waktu pendek
(Brooks, dalam Priono et al., 2016).
Sementara itu, beberapa penyakit yang banyak dijumpai dalam kehidupan manusia
umumnya juga disebabkan oleh bakteri patogen Gram-negatif. Salah satu bakteri
patogen yang termasuk dalam kelompok Gram-negatif adalah Escherichia coli. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit diare pada
manusia (Priono et al., 2016).
METODE KERJA
Alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah blender kering, nampan, kuas, gelas ukur,
gelas kimia, timbangan digital, evaporator, toples kaca, erlenmeyer, corong,
cawan petri, spuit, pencadang (silinder), membran filter, inkubator, oven,
bunsen, pinset, dan botol. Sedangkan bahan yang digunakan adalah daun jeruk
nipis Citrus aurantifolia L.,
metanol, kertas saring, isolat bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus,
medium NA, aluminium foil, wrap plastic,
dan tisu.
1. Ekstraksi
- Daun jeruk nipis Citrus aurantifolia dikeringkan di bawah sinar matahari langsung selama 24 jam kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40 °C selama 24 jam.
- Daun dihaluskan dengan menggunakan blender kering.
- Simplisia direndam di dalam toples tertutup menggunakan metanol selama 24 jam. Rendaman lalu disaring untuk memisahkan filtrat dan ampas.
- Direndam kembali di dalam toples tertutup menggunakan metanol selama 24 jam lalu disaring untuk memisahkan filtrat dan ampas. Ampas lalu dibuang.
- Filtrat dievaporasi pada suhu 37 °C sehingga didapatkan ekstrak metanol daun jeruk nipis.
2. Uji Antibakteri
A. Penyiapan bakteri uji Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
Biakan murni Escherichia coli dan Staphylococcus aureus diremajakan terlebih
dahulu dengan cara ditumbuhkan pada media agar miring NA dan diinkubasi selama
24 jam. Isolat bakteri kemudian disuspensikan menggunakan NaCl 0,9% dan diukur
kekeruhannya menggunakan spektrofotometer sehingga diperoleh nilai transmitan
25%.
B. Uji antibakteri ekstrak daun jeruk nipis Citrus aurantifolia terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
Pengujian daya
hambat dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan pencadang. Sebanyak 20
mL media NA dituang ke dalam cawan petri dan dibiarkan hingga memadat. Lapisan
ini disebut dengan base layer.
Selanjutnya suspensi bakteri uji dicampurkan dengan media NA dan dituang ke
atas permukaan base layer sebanyak 15
mL. Lapisan ini disebut sebagai seed
layer. Pada saat seed layer telah
agak memadat, pencadang diletakkan di atas permukaan media dengan menyesuaikan
jarak antar pencadang dan jarak dengan tepi cawan. Ekstrak tanaman dimasukkan
ke dalam pencadang secara hati-hati menggunakan spuit. Setelah diinkubasi
selama 1 × 24 jam, kultur diamati dan diukur diameter hambatan yang terbentuk.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak tanaman
yang diambil dalam praktikum adalah daun jeruk nipis Citrus aurantifolia. Daun tanaman dikeringkan terlebih dahulu agar
lebih mudah dihaluskan. Daun jeruk nipis kemudian dihaluskan menggunakan
blender kering sehingga didapatkan serbuk daun (simplisia). Simplisia kemudian
dimasukkan ke dalam toples kaca tertutup lalu direndam selama 1 × 24 jam
menggunakan metanol sebagai pelarut organik yang dapat melarutkan analit polar
maupun nonpolar seperti alkaloid, steroid, saponin, dan flavonoid dari tanaman
(Agustina et al., 2018). Berat
molekul pelarut metanol termasuk rendah sehingga mampu membuat ikatan hidrogen
dan bisa bercampur serta larut dengan H2O sampai dengan kelarutan
yang tak terhingga (Sayuti, 2017).
Setelah
difiltrasi, dilakukan remaserasi. Penyarian dilakukan berulang-ulang agar
komponen atau senyawa kimia dalam sampel dapat terisolasi dengan baik (Wijaya
2018). Metode maserasi adalah metode ekstraksi yang dilakukan tanpa pemanasan
sehingga metode ini dapat mencegah rusak atau terdegradasinya senyawa
termolabil (Agustina et al., 2018).
Hasil maserasi pertama dan kedua kemudian dicampur dan dievaporasi pada suhu 37
°C menggunakan evaporator. Penggunaan alat ini dipilih karena mampu menguapkan
pelarut, yakni metanol, di bawah titik didihnya (titik didih metanol = 64,5 °C)
sehingga zat yang terkandung di dalam hasil ekstraksi tidak rusak oleh suhu
tinggi (Pangestu & Handayani, dalam Damayanti dan Fitriana, 2012).
Bakteri Uji |
Diameter Zona
Hambatan (mm) |
|
Ekstrak Tanaman |
Ciprofloxacin |
|
Escherichia
coli |
21,5 |
23,5 |
Staphylococcus
aureus |
23 |
24 |
Pengujian daya
hambat ekstrak metanol daun jeruk nipis dilakukan terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus menggunakan metode
difusi agar dengan pencadang. Penyiapan media kultur dimulai dengan menuangkan
media NA ke dalam cawan petri dengan membentuk 2 lapisan, yakni lapisan dasar (base layer) dan lapisan pembenihan (seed layer) yang telah dicampurkan
dengan isolat bakteri E. coli dan S. aureus. Lapisan seed layer juga merupakan lapisan peyangga pencadang yang
diletakkan setelah seed layer agak
memadat. Selanjutnya, ekstrak kedua jenis daun dimasukkan ke dalam pencadang
menggunakan spuit. Selain itu diberi pula kontrol positif berupa ciproflaxin.
Setelah inkubasi dilakukan pengukuran diameter zona hambat menggunakan penggaris.
Dari hasil
pengukuran pada Tabel 1., tampak
bahwa ekstrak metanol tanaman uji memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan
bakteri E. coli dan S. aureus. Ekstrak metanol daun jeruk
nipis membentuk diameter zona hambat 21,5 mm pada media kultur E. coli dan 23 mm pada media kultur S. aureus. Sementara itu, diameter zona hambat
ciprofloxacin terhadap E. coli adalah
23,5 mm sedangkan pada S. aureus
adalah 24 mm. Ciprofloxacin bekerja dengan menghambat kerja enzim DNA girase,
yakni enzim topoisomerase II yang penting dalam proses replikasi DNA (Rossiter et al., 2017). Menurut Mulangsri et al. (2019), perbedaan kepekaan
bakteri terhadap antibiotik kemungkinan dikarenakan adanya perbedaan penyusun
dinding sel misalnya ketebalan peptidoglikan dan adanya lipid, antara tipe
bakteri Gram-positif (S. aureus) dan
Gram-negatif (E. coli). Hal ini
didukung oleh Abdallah (2016) dalam penelitiannya yang membandingkan
efektivitas antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri Gram-positif dan Gram-negatif.
Hasil penelitian tersebut mendapatkan efektivitas antibakteri terhadap bakteri
Gram-positif lebih besar dibandingkan terhadap bakteri Gram-negatif. Lathifah,
dalam Berlian et al. (2016)
menyebutkan bahwa S. aureus merupakan
bakteri Gram-positif yang memiliki struktur dinding sel berlapis tunggal dan
tersusun atas peptidoglikan (protein dan gula) serta lipid dengan kadar rendah
(1-4%) sehingga ekstrak metanol lebih mudah menembus dinding sel bakteri ini. Sedangkan
E. coli yang merupakan bakteri Gram-negatif
lebih sulit ditembus senyawa yang bersifat polar karena struktur dinding selnya
berlapis tiga dan tersusun atas peptidoglikan dan lipid dengan kadar yang
tinggi (11-22%). Dinding sel bakteri S.
aureus yang tipis menyebabkan lebih mudahnya transpor senyawa antimikroba
secara osmosis ke dalam sel bakteri sehingga pengaruh antimikroba yang
diberikan pun lebih besar. Adapun daya hambatan yang diberikan oleh ekstrak
tanaman uji berasal dari kandungan senyawa metabolik yang dihasilkan oleh
tanaman. Hasil skrining fitokimia Abdallah (2016) pada ekstrak daun metanol Citrus aurantifolia mendapatkan
senyawa-senyawa antimikroba seperti alkaloid, tanin, flavonoid, saponin, dan
senyawa fenolik. Berlian (2016) menambahkan bahwa kandungan minyak atsiri
seperti fenol memiliki sifat bakterisidal. Saponin yang terkandung juga dapat
mengakibatkan naiknya permebilitas atau kebocoran sel bakteri yang berujung
pada keluarnya senyawa intraseluler (lisis).
Abdallah, E.M., 2016. Preliminary Phytochemical
and Antibacterial Screening of Methanolic Leaf Extract of Citrus aurantifolia. Pharmaceutical Biotechnology: Current Research, 1(2),
pp.1-5.
Agustina, E., Andiarna, F., Lusiana, N.,
Purnamasari, R., & Hadi, M.I., 2018. Identifikasi Senyawa Aktif dari
Ekstrak Daun Jambu Air (Syzygium aqueum)
dengan Perbandingan Beberapa Pelarut pada Metode Maserasi. Jurnal Biotropic, 2(2), pp.108-118.
Berlian, Z., Fatiqin, A., & Agustina,
E., 2016. Penggunaan Perasan Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) dalam Menghambat Bakteri Escherichia
coli pada Bahan Pangan. Bioilmi:
Jurnal Pendidikan, 2(1), pp.51-58.
Chusniah, I. & Muhtadi, A., 2017.
Aktivitas Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) sebagai Antibakteri, Antivirus, Antifungal, Larvasida, dan
Anthelmintik. Farmaka, 15(2),
pp.9-22.
Damayanti, A. & Fitriana, E.A., 2012.
Pemungutan Minyak Atsiri Mawar (Rose Oil)
dengan Metode Maserasi. Jurnal Bahan Alam
Terbarukan, 1(2), pp.1-8.
Lauma, S.W., Pangemanan, D.H.C, &
Hutagalung, B.S.P., 2015. Uji Efektifitas Perasan Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus secara
In Vitro. Pharmacon, 4(4), pp.9-15.
Marsono, O.S., Susilorini, T.E., &
Surjowardojo, P., 2017. Pengaruh Lama Penyimpanan Dekok Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap Aktivitas Daya
Hambat Bakteri Streptococcus agalactiae
Penyebab Matitis pada Sapi Perah. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak (JITEK), 12(1), pp.47-60.
Mukhriani, 2014. Ekstraksi, Pemisahan
Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif. Jurnal
Kesehatan, 7(2), pp.361-367.
Mulangsri, D.A.K., Laksanasari, R.,
Amaliyah, R., Fitri, A., & Kusumadewi, A.P., 2019. Aktivitas Antibakteri
Beberapa Fraksi Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia Swingle) terhadap Bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus.
Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta, 4(1), pp.1-6.
Patel, K., Panchal, N., & Ingle, P.,
2019. Techniques Adopted for Extraction of Natural Products: Extraction
Methods: Maceration, Percolation, Soxhlet Extraction, Turbo Distillation,
Supercritical Fluid Extraction. International
Journal of Advanced Research in Chemical Science (IJARCS), 6(4), pp.1-12.
Priono, A., Yanti, N.A., & Darlina,
L., 2016. Perbandingan Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera Lamck.) dan Ekstrak
Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata L.).
J. AMPIBI, 1(2), pp.1-6.
Rossiter, S.E., Fletcher,
M.H. & Wuest, W.M., 2017. Natural Products as Platforms to Overcome
Antibiotic Resistance. Chemical Reviews,
117(19), pp.12415-12474.
Rosidah, I., Zainuddin, Mufidah, E.,
Bahua, H., & Saprudin, M., 2017. Optimasi Kondisi Ekstraksi Senyawa Total
Fenolik Buah Labu Siam (Sechium edule
(Jacq.) Sw.) Menggunakan Response Surface
Methodology. Media Litbangkes, 27(2), 79-88.
Rusdi, M., Hasan, T., Ardillah, A., &
Evianti, E., 2018. Perbandingan Metode Ekstraksi terhadap Kadar Flavonoid Total
dan Aktivitas Antioksidan Batang Boehmeria
virgata. ad-Dawaa' Journal of
Pharmaceutical Sciences, 1(1), pp.16-24.
Sayuti, M., 2017. Pengaruh Perbedaan
Metode Ekstraksi, Bagian dan Jenis Pelarut terhadap Rendemen dan Aktifitas
Antioksidan Bambu Laut (Isis hippuris).
Technology Science and Engineering
Journal, 1(3), pp.166-174.
Wijaya, H., Novitasari, & Jubaidah,
S., 2018. Perbandingan Metode Ekstraksi terhadap Rendemen Ekstrak Daun Rambai
Laut (Sonneratia caseolaris L. Engl).
Jurnal Ilmiah Manuntung, 4(1),
pp.79-83.
Tidak untuk disalin!
Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)
0 Comment:
Post a Comment