Daftar Isi
TUJUAN PRAKTIKUM
- Mampu melakukan pemisahan (mengisolasi) DNA dari Bakteri Asam Laktat.
- Mampu melakukan pengujian keefektifan deterjen dari bakteri yang dipakai untuk melakukan isolasi DNA.
DASAR TEORI
DNA sebagai pembawa informasi genetik
terdapat pada semua makhluk hidup, yakni di dalam sel khususnya di inti sel.
DNA dapat diperoleh dari suatu makhluk hidup dengan suatu proses ekstraksi,
disebut proses isolasi DNA (Langga et al.,
2012). Isolasi asam nukleat melibatkan berbagai metode yang mencakup
penghancuran sel tanpa menyebabkan kerusakan DNA. Umumnya penghancuran sel
dilakukan di dalam buffer ekstraksi yang menghambat kerja enzim RNase dan DNase
(Syahputra, 2016). Tujuan dari ekstraksi atau isolasi asam nukleat adalah
membuang dan memisahkan asam nukleat dari komponen sel lainnya (protein,
karbohidrat, lemak, dan lain-lain) sehingga asam nukleat yang diperoleh dapat
dianalisis dan atau dimodifikasi lebih lanjut (Hairuddin, 2013).
Proses isolasi/ekstraksi dilakukan dengan
cara merusak atau memecahkan dinding sel sehingga DNA keluar dari dalam sel
(Sunarno et al., 2014). Ada tiga
langkah utama dalam ekstraksi DNA, yaitu perusakan dinding sel (lisis),
pemisahan DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta pemurnian
DNA (Syafaruddin et al., 2011).
Bahan-bahan sel yang relatif lunak dapat dengan mudah diresuspensi di dalam
medium buffer monosmotik, sedangkan bahan-bahan yang lebih kasar perlu
diperlakukan dengan detergen yang kuat seperti triton X-100 atau dengan Sodium
Dodesil Sulfat (SDS). Langkah ini harus disertai dengan perusakan membran
nukleus. Pembuangan komponen lainnya dilakukan dengan sentrifugasi. Prinsip
utama sentrifugasi adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul.
Protein yang tersisa dipresipitasi menggunakan fenol atau pelarut organik
seperti kloroform. Presipitasi bertujuan untuk mengendapkan protein histon,
sehingga untai-untai DNA tidak lagi menggulung (coiling) dan berikatan dengan protein
histon, yang menyebabkan DNA menjadi terlihat. Tahap selanjutnya disentrifugasi
kembali dan dihancurkan secara enzimatis dengan protease (Utami et al., 2013). Proses sentrifugasi
ulangan dilakukan untuk mendapatkan pelet DNA. Pelet DNA ini kemudian
dimurnikan atau ditambahkan air (Huk disimpan atau dianalisis (Langga et al., 2012).
METODE KERJA
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
meliputi tabung reaksi, rak tabung reaksi, tabung sentrifus, mesin sentrifus,
mesin vorteks, erlenmeyer, gelas kimia, spatula, spuit, dan corong. Bahan yang
digunkan dalam praktikum ini meliputi bakteri asam laktat, deterjen, garam,
etanol dingin, dan akuades.
b. Prosedur Kerja
- Disiapkan alat dan bahan.
- Dimasukkan isolat bakteri asam laktat ke dalam tabung sentrifus.
- Disentrifus selama 15 menit dan dengan kecepatan 80 rpm.
- Supernatan dibuang.
- Dimasukkan 15 mL akuades ke dalam tabung sentrifus berisi natan.
- Dihomgenkan menggunakan vorteks lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
- Dimasukkan 5 mL larutan deterjen ke dalam erlenmeyer.
- Disaring menggunakan kertas saring.
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan etanol dingin 96% sebanyak 5 mL.
- Diamati perubahan yang terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam praktikum dilakukan isolasi DNA bakteri asam laktat melalui 3 tahapan, yakni lisis, ekstraksi, dan purifikasi. Tahap lisis meliputi pemecahan dinding sel menggunakan deterjen. Menurut Mirnejad et al., (2012), deterjen dapat memengaruhi dinding maupun membran sel bakteri melalui kandungan senyawa kimia dan aktvitas enzim sehingga DNA akan keluar dari sel tanpa merusak DNA. Deterjen dapat melisiskan barier sel secara kimia dengan mengemulsi lipid dan protein sel serta menyela interaksi polar yang menyatukan membran sel. Adapun pada tahap ekstraksi dilakukan penambahan garam untuk memberikan kondisi ionik sehingga reaksi berjalan lebih stabil dan juga untuk menghilangkan protein dan karbohidrat karena garam dapat menyebabkan keduanya terpresipitasi (Nugroho dan Rahayu, 2016). Pada tahap terakhir dilakukan presipitasi dengan menggunakan etanol dingin. Etanol sebagai pelarut organik akan menurunkan konstanta dielektrik air sehingga ikatan DNA dengan Na+ meningkat dan DNA lebih mudah terpresipitasi. Adapun gaya sentrifugal yang diberikan dalam pengisolasian DNA akan memisahkan massa sel bakteri yang berbentuk padat dari cairan media pertumbuhan. Massa sel akan terendapkan pada dasar tabung sebagai pelet. Selanjutnya, pelet ditambahkan larutan lisis untuk merusak dinding sel bakteri sehingga DNA dapat dikeluarkan (Rachmawati et al., 2013).
Metode isolasi yang digunakan dalam
praktikum merupakan metode konvensional, yakni dengan penggunaan SDS. Metode
konvensional menggunakan beberapa jenis bahan kimia yang ditentukan volume dan
konsentrasinya sesuai dengan target tertentu yang sudah dikembangkan oleh
peneliti. Proses isolasi asam nukleat dengan metode ini sangat kompleks
sehingga membutuhkan waktu yang lama (Tan et
al.,, dalam Syahputra, 2016). Pengembangan metode isolasi selanjutnya telah
menggunakan bahan yang siap pakai dan ditambah kolom filter untuk memisahkan
senyawa yang tidak terpakai dari asam nukleat. Metode isolasi ini merupakan
metode modern, disebut metode kit yang sudah dikomersialkan sesuai dengan
target isolasi di antaranya target DNA, RNA, dan protein (Tan dan Yiap, dalam
Syahputra, 2016). Penelitian yang dilakukan Syahputra (2016) membandingkan
keefektifan kedua jenis metode isolasi DNA (konvensional dan modern). Dari
hasil tersebut didapatkan bahwa metode isolasi DNA secara konvensional
menunjukkan tingkat konsentrasi dan kemurnian DNA lebih tinggi.
Gambar 1. Hasil Isolasi DNA Bakteri Asam Laktat |
Hasil yang diharapkan dalam praktikum
adalah didapatkannya DNA murni dari isolat bakteri asam laktat. Namun setelah
dilakukan presipitasi, tidak didapatkan DNA terlarut dalam fase air (kiri). Menurut Hidayat (2015),
setelah presipitasi DNA, akan terbentuk 3 lapisan akibat perbedaan massa jenis
di mana lapisan atas adalah fase air, lapisan tengah adalah protein dan lapisan
bawah adalah fase organik (etanol). Lapisan atas merupakan fase air yang
mengandung DNA terlarut karena adanya persamaan sifat polar. Hal ini didukung
oleh Tan dan Yiap (2009) di mana pada isolasi DNA, akan terbentuk 3 fase di
mana fase atas merupakan fase air, interfase meliputi DNA dan protein sedangkan
fase paling bawah adalah pelarut organik. Ketiga fase tersebut tampak pada
hasil perbandingan (kanan) yang
menunjukkan hasil positif adanya DNA terlarut pada fase air. Menurut Hearn dan
Ablaster (2010), tidak adanya DNA dapat disebabkan karena kerusakan DNA akibat penghomogenan
menggunakan vortex yang berlebihan. Selain itu, kesalahan pada hasil dapt
disebabkan karena sedikitnya sel bakteri yang terkandung sehingga DNA tidak
tampak.
Hairuddin, R., 2013. Isolasi DNA dan Amplifikasi,
(PCR) Genom DNA Kopi (Coffea sp.) Melalui
Proses Elektroforesis Gel Poliakrilamid. Jurnal Dinamika, 4(1), pp.43-48.
Hearn, R.P. & Arblaster, K.E., 2010. DNA
Extraction Techniques for Use in Education. Biochemistry and Molecular Biology
Education, 38(3), pp.161-166.
Hidayat, R., 2015. Perbandingan Metode KIT Komersial
dan SDS untuk Isolasi DNA Babi dan DNA Sapi pada Simulasi Cangkang Kapsul Keras
untuk Deteksi Kehalalan Menggunakan Real-Time PCR (Polymerase Chain Reaction).
Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Langga, I.F., Restu, M., & Kuswinanti, T., 2012.
Optimalisasi Suhu dan Lama Inkubasi dalam Ekstraksi DNA Tanaman Bitti (Vitex
cofassus Reinw) serta Analisis Keragaman Genetik dengan Teknik RAPD-PCR. Jurnal
Sains & Teknologi, 12(3), pp.265-276.
Mirnejad, R., Babavalian, H., Moghaddam, M.M., Khodi,
S., & Shakeri, F., 2012. Rapid DNA Extraction of Bacterial Genome Using
Laundry Detergents and Assessment of the Efficiency of DNA in Downstream
Process Using Polymerase Chain Reaction. African Journal of Biotechnology,
11(1), pp.173-178.
Rachmawati, R., Susilowati, P.E., & Raharjo, S.,
2013. Analisis Gen Merkuri Reduktase (MerA) pada Isolat Bakteri dari Tambang
Emas Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara. J. Prog. Kim. Si, 3(2), pp.108-123.
Sunarno, Muna, F., Fitri, N., Malik, A., Karuniawati,
A., & Soebandrio, A., 2014. Metode Cepat Ekstraksi DNA Corynebacterium
diphtheriae untuk Pemeriksaan PCR. Buletin Penelitian Kesehatan, 42(2),
pp.85-92,
Syafaruddin, S., Randriani, E., & Santoso, T.J.,
2011. Efektivitas dan Efisiensi Teknik Isolasi dan Purifikasi DNA pada Jambu
Mete. Journal of Industrial and Beverage Crops, 2(2), pp.151-160.
Syahputra, A., 2016. Evaluasi Metode Isolasi Asam
Nukleat dalam Deteksi PCR untuk Patogen Antraknosa, Bulai, Huanglongbing dan
Mosaik. Skripsi. Institut Pertanian Bogor (IPB).
Tan, S.C. & Yiap, B.C., 2009. DNA, RNA, and Protein
Extraction: The Past and the Present. Journal of Biomedicine and Biotechnology,
pp.1-11.
Utami, S.T., Kusharyati, D.F., & Pramono, H.,
2013. Pemeriksaan Bakteri Leptospira pada Sampel Darah Manusia Suspect
Leptospirosis Menggunakan Metode PCR (Polymerase
Chain Reaction). BALABA: Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber
Binatang Banjarnegara, 9(02), pp.74-81.
Tidak untuk disalin!
Artikel ini dibagikan untuk memberi contoh dan menginspirasi:)
0 Comment:
Post a Comment